Saat bertemu di halaman rawat inap Puskesmas Alabio, beliau ajak saya ngobrol. Katanya resiko hidup punya banyak kenalan, tiap hari jenguk orang yang sakit. Saat direspon, kayaknya agak roaming gimana gitu...
Di sebagian sisi halaman parkir ada ibu-ibu salah satu tetangga ranjang kami memberi isyarat. Beliau menempelkan jari telunjuk di alis. Isyarat yang sudah lama tidak pernah saya lihat. Yang menggambarkan, bahkan orang yang dimaksud sedang "miring", urat syaraf otaknya putus, agak sinting atai setengah gila.
Dan benar. Menurut cerita istri, beliau ini terkenal di kampung sebagai orang "gila" yang hebat mengaji.
Terlihat dari sepeda motornya yang bersih mengkilat tidak menunjukkan tanda-tanda kegilaan. Setidaknya, saat mendengarkan suara beliau sebelum adzan subuh dikumandangkan. Benar! Beliau mengaji. Dan dalam beberapa kesempatan juga adzan.
"Ashsholaatu Khayrum min annawm..." Suara cemprengnya menyeru kami untuk segera bangun dan menuju masjid.
Sebelum status ini saya post, dalam sesi salam-salaman saya bersalaman dengan beliau. Biasa saja tuh. Bahkan di seberang sana, beliau dengan membaca Al quran. Aktifitas yang sedikit orang dari jamaah masjid ini yang masih melakukan.
Sederhananya, mana bisa kita sebut orang yang dengan sadarnya pergi ke masjid, mengaji dan adzan memanggil masyarakat untuk shalat subuh ke masjid sebagai orang gila?
Atau. Apakah dunia ini sebegitu terbaliknya? Sehingga orang-orang sesadar beliau harus mendapat stigma negatif semacam ini?
Teringat saya akan cerita nabi Nuh yang diperintah Allah untuk membangun bahtera di atas gunung. Sebagian besar orang menganggapnya gila. Bahkan anak dan istrinya sendiri tidak mau beriman dan ikut-ikutan mencemooh.
#JustIsMyMind
#Al4810
#Solusilangit
Di antara cerahnya langit di pagi Alabio
240317
Hendra Abutsman
Di sebagian sisi halaman parkir ada ibu-ibu salah satu tetangga ranjang kami memberi isyarat. Beliau menempelkan jari telunjuk di alis. Isyarat yang sudah lama tidak pernah saya lihat. Yang menggambarkan, bahkan orang yang dimaksud sedang "miring", urat syaraf otaknya putus, agak sinting atai setengah gila.
Dan benar. Menurut cerita istri, beliau ini terkenal di kampung sebagai orang "gila" yang hebat mengaji.
Terlihat dari sepeda motornya yang bersih mengkilat tidak menunjukkan tanda-tanda kegilaan. Setidaknya, saat mendengarkan suara beliau sebelum adzan subuh dikumandangkan. Benar! Beliau mengaji. Dan dalam beberapa kesempatan juga adzan.
"Ashsholaatu Khayrum min annawm..." Suara cemprengnya menyeru kami untuk segera bangun dan menuju masjid.
Sebelum status ini saya post, dalam sesi salam-salaman saya bersalaman dengan beliau. Biasa saja tuh. Bahkan di seberang sana, beliau dengan membaca Al quran. Aktifitas yang sedikit orang dari jamaah masjid ini yang masih melakukan.
Sederhananya, mana bisa kita sebut orang yang dengan sadarnya pergi ke masjid, mengaji dan adzan memanggil masyarakat untuk shalat subuh ke masjid sebagai orang gila?
Atau. Apakah dunia ini sebegitu terbaliknya? Sehingga orang-orang sesadar beliau harus mendapat stigma negatif semacam ini?
Teringat saya akan cerita nabi Nuh yang diperintah Allah untuk membangun bahtera di atas gunung. Sebagian besar orang menganggapnya gila. Bahkan anak dan istrinya sendiri tidak mau beriman dan ikut-ikutan mencemooh.
#JustIsMyMind
#Al4810
#Solusilangit
Di antara cerahnya langit di pagi Alabio
240317
Hendra Abutsman
Comments
Post a Comment