Ini adalah tulisan yang saya post di akun FB Hendra Madjid dan kemudian saya post juga diblog yang lain. Semoga menjadi inspirasi, bagi yang sudah baca, bisa dibantu untuk membagikan. Terima kasih
***
Nyawa Seratus
Oleh: Hendra Madjid
![]() |
Ilustrasi uang Rp 100,- |
Beberapa waktu yang lalu saat berdiskusi dengan ustadz Abay, beliau
bercerita tetang sebuah cerita yang menurut saya inspiratif. Walau
sumber cerita asli (katanya nyata) tidak dapat saya temukan,saya yakin
gubahan cerita ke dalam kondisi keindonesiaan bisa memberi pelajaran
kepada kita semua.
Cerita berawal ketika seorang
pemuda miskin yang berupaya mencari nafkah untuk dia dan keluarganya.
Pagi itu dia berangkat untuk mengerjakan apapun yang bisa menghasilkan
uang.
Dalam perjalanan, dia tanpa sengaja dia menemukan
koin Rp 100,- (dalam cerita asli 10 sen). Saat ini koin seratus rupiah
tak bernilai apa-apa. Bahkan tidak bisa untuk membeli sebiji permen (di
tempat saya permen 3 buah = Rp 500,-). Selain karena memang itu koin
yang sudah tidak laku lagi dan bentuknya sudah penyok sehingga
betul-betul tidak bernilai.
Pemuda tadi lalu menuju bank
untuk menukarkan koin. Dia berharap itulah rizki pertama yang bisa dia
dapatkan hari itu, uang Rp 100,-. Namun ternyata pihak bank tidak mau
menerima uang itu. Karena memang sudah tidak laku. Tapi teller bank tadi menyarankan agar menukarkan koin itu pada kolektor koin yang tempatnya tidak jauh dari bank.
Sekeluarnya
pemuda dari bank, dia langsung menuju kolektor yang dimaksud. Saat dia
bertanya apa koin itu bisa ditukar, kolektor dengan senyum sumringah
mengangguk. "berapa?" tanya pemuda. "untuk koin 100 ini, sebenarnya saya
sudah memiliki. Namun, jika anda mau, saya akan membelinya dengan harga
Rp 5.000.000,-" jawab kolektor. Tanpa berpikir panjang, apalagi
melakukan proses tawar-menawar pemuda tadi menyetujui harga tersebut.
Kini
di kantong pemuda tadi sudah ada lima juta. Sembari berjalan, diapun
teringat di rumahnya belum ada lemari untuk menyimpan pakaiannya dan
keluarga. Dalam pemikiran sederhana pemuda ini, "saya akan belikan kayu
untuk membuat lemari di rumah. Tapi harus dengan kayu terbaik. Karena
inilah yang akan bisa dibanggakan". Kalau menurut saya, kenapa tidak
dijadikan modal usaha saja?
Haha... tapi cerita ini tidak
seperti yang saya harapkan. Pemuda tadi meneruskan niatnya untuk membeli
kayu terbaik untuk dibuat lemari. Dan kontan, harga kayu itu adalah Rp
5.000.000,- (koq bisa ya? lanjutkan saja membaca ceritanya). Pemilik
toko kayu bersedia meminjamkan gerobaknya agar pemuda bisa membawa kayu
hingga ke rumahnya. Dan pulanglah dia.
Dalam perjalanan
pulang dia melewati beberapa toko Meubel. Dan secara kebetulan, salah
seorang pemilik toko Meubel menghentikan langkahnya. Dilihatnya
kayu-kayu yang dibawa pemuda tadi. Sambil berdecak dia berkata "Bolehkah
saya membeli kayu ini? Saya sangat memerlukannya untuk membuat Lemari
dan Meubel lain". Pemuda tadi sebenarnya sedikit keheranan, tapi dia
memberanikan diri untuk bertanya. "memang berapa bapak mau beli?"
tanyanya. "Kayu ini lumayan bagus, saya beli Rp 10 juta. Bagaimana? Tapi
saat ini saya tidak bisa membeli secara tunai. Anda bisa memilih
beberapa Meubel saya, sehingga harganya Rp 10 juta. Bagaimana?"
Pemuda
ini merasa sangat beruntung, karena dia tidak perlu lagi bersush payah
membuat lemari. Mahal sekarang dia akan mendapatkan meubel lain seperti
kursi, meja dan lain-lain. Akhirnya kesepakatanpun terjadi. Gerobak yang
tadinya penuh kayu, sekarang sudah berat dengan beberapa meubel di
atasnya. Tak jauh dia berjalan, sebuah mobil mewah memberi tanda agar
dia berhenti.
"Pak, kami sedang mencari meubel. Tapi tak
ada yang cocok dengan rumah kami. Saya melihat barang yang bapak bawa
sesuai dengan model meubel yang kami inginkan. Boleh kami membelinya?"
tanya Seorang yang baru keluar dari mobil. Kali ini pemuda itu semakin
terkejut. Dia tersenyum tanpa berkata. "bagaimana jika saya beli Rp
25juta?". Si pemuda mengangguk. Dan uang tunai itu segera dia dapatkan
stelah proses antar jemput selesai.
Malam telah tiba.
Semakin pekat. Tapi hati sang pemuda begitu riang bahagia. Tak menyangka
dia mendapatkan rizki sebanyak itu. Diapun mempercepat langkah agar
segera bisa membagi kebahagiaan dengan istrinya.
Jika
cerita berakhir sampai di sini, kita akan berkesimpulan bahwa pemuda ini
begitu beruntung. Tapi, cerita ini belum habis kawan. Sebelum sampai ke
rumah, pemuda ini dicegat oleh sekawanan preman yang setengah mabuk.
Lalu preman-preman itu mengancam dan akhirnya merampok sang
pemuda.Habislah sudah Rp 25 juta yang sempat menjadi asa untuknya dan
keluarga.
Sesampainya di rumah pemuda tadi mencuci muka
dan duduk bersama istrinya. "Di luar tadi ada apa kang? koq kayaknya
ribut banget..." buka sang istri memulai pembicaraan. "Ah, itu
preman-preman pasar yang biasa malakin warga. Dan hari ini kena giliran
ayah yang kena palak" kata si suami. "memangnya mereka berhasil memalak
berapa dari ayah?". Sembari tersenyum simpul, dia berkata "tidak banyak.
Mereka hanya merampok Rp 100,-"
***
Beberapa orang di antara kita mungkin akan berpendapat, betapa ruginya pemuda ini? Kasihan dia.
Kawan,
kalau kita menghitung secara materi, pemuda ini sungguh telah beruntung
dan rugi sekaligus. Karena dari Rp 100,- menjadi Rp 5.000.000,- lalu
berevolusi menjadi Rp 10juta dan 25 juta, lalu dia dirampok. Kalau
seandainya pemuda itu melawan dan berduel dengan para preman tadi
mungkin hasilnya akan berbeda. Tentu tidak salah kita menghitung-hitung
dari sisi ini. Tapi tahukah sebenarnya kita. Bahwa sang pemuda itu
benar-benar telah beruntung seberuntung-beruntungnya. Karena dia telah
menyelamatkan hartanya yang paling berharga: NYAWA.
Comments
Post a Comment