ini adalah tulisan lama yang sempat saya posting di sini.
Boleh dibaca dan diberi komentar. Berikut tulisannya:
Ujian itu PASTI, Menang adalah PILIHAN
Malam itu masih ada sekitar 69 SMS gratis yang disediakan provider komunikasi yang aku pakai. Agar lebih bermanfaat, beberapa sms basa-basi (yang ternyata juga penting, meski Cuma menanyakan kabar) dicampur dengan permintaan taushiyah kepada mereka. Hanya 3 sampai 4 orang saja yang membalas, wajar karena sudah terlalu larut untuk ber-sms(an). Namun, Beberapa kawan mengirimkan balasan, begitu juga dengan beberapa ustadz.
“Ujian itu pasti dan menang adalah pilihan, ...” adalah salah satu balasan itu. Sms ini masih ada sambungannya. Isinya sebagian besar adalah taushiyah beliau kepada saya, tapi kalimat yang paling berkesan dan menurut saya sangat inspiratif sekali adalah kalimat itu. Sayapun meminta izin kepada beliau untuk menyatir-nya dalam sebuah essai. Ya... ternyata beliaupun mengizinkan.
Tahulah kita apa yang akan terjadi, jika Thomas Alfa Edison mengentikan percobaannya pada angka 999 (angka ini masih debatable, karena saya belum menemukan jumlah yang tepat sesuai dengan percobaan Edison)? Boleh jadi, dunia kita hari ini masih gelap gulita. Karena penemuannya berupa Bohlam telah dipakai dan dikembangkan sekian juta manusia saat ini. Atau, jika saja Rosulullah SAW menghentikan dakwahnya dengan terus bersembunyi di dalam selimut dan tidak menyeru manusia ke jalan Tuhan-nya? Tentu para pemuda yang begitu bersemangat hari ini, hadir menyeru perubahan dunia bukan dengan Islam. Ya, setiap peristiwa besar dunia yang kita dapat rasakan manfaatnya hari ini melalui dua buah fase. Ujian dan memilih untuk menang.
Betapa banyak di antara kita berhenti bertindak benar saat ujian hidup datang, padahal satu langkah lagi kita pasti akan berhasil? Betapa banyak pula, di antara kita menganggap ujian adalah musuh dari kenyamanan hidupnya? Bahkan, tak jarang di antara kita yang ingin hidup tanpa ujian (masalah). Padahal, masalah/ ujian telah hadir kepada setiap manusia sebelum kita lahir ke dunia. Dan akan berlanjut hingga kita mati. Setelah kematian pun ternyata masalah itu tidak juga berakhir. Karena kita harus mempertanggungjawabkan jawaban atas setiap soal dalam ujian kehidupan kita kepada Allah.
saat berada di dalam kandungan, kita dahulu hanyalah sebuah sel yang ukurannya sangat kecil. Ya, betul. Kita dahulu adalah sel sperma. Selama kurun waktu tertentu kita kemudian masuk ke dalam rahim ibu kita untuk membuahi sel telur. Dan ujian pertama hadir bersama jutaan sel sperma lain yang siap menjadi diri kita. Bukankah ini merupakan tanda, bahwa kita pun hidup bersama masalah itu? Dan ternyata, saat itu kita memilih untuk menang toh?
Nah, sekarang semuanya kembali kepada kita. Apakah kita mamilih menjadi pemenang, atau menjadi pecundang. Untuk menjadi pemenang: lakukanlah sekali lebih banyak, maka cahaya kemenangan itu semakin nampak terlihat.
Betul betul betul
ReplyDeleteWah. Ada ipin nig
Delete