Beberapa waktu lalu, ada diskusi kecil di akun Facebook Abay Abu Hamzah, teman aku ustadz dan penulis buku itu. Soal salah siapa kalau jamaah sholat Jumat sering mengantuk saat khutbah Jumat. Aku termasuk orang yang ikut berkomentar. Tapi, rasa-rasanya komentar itu belum lengkap dan perlu ada revisi. Dan muncullah tulisan ini.
Jujur saja, sebagian besar dari kita (laki-laki muslim) pernah mengalaminya. Termasuk aku. Bahkan dalam beberapa kejadian sudah 3/4 tidur. Tinggal tempelkan kepada ke bantal, pulaslah kita. Tapi serius, aku pernah menemui ada jamaah sholat yang pulas tanpa bantal. Sambil duduk dan ber'irama'. Kamu tahulah apa maksudku. Gejala-gejala seperti ini sudah sering kita temui. Sehingga menarik untuk kita bahas lebih dalam, setidaknya agar kita tahu penyebab utamanya dan bisa menanggulanginya.
Dulu, aku perah berpandangan bahwa kondisi jamaah Jumat yang mengantuk dan bahkan lelap adalah murni karena khatib. Entah karena cuma membaca teks khutbah atau karena nada suaranya yang datar mendayu-dayu. Seolah jadi nyanyian pengantar tidur. Tapi ternyata tidak. Meski secara teori energi, perilaku khatib yang lazim terjadi di hampir semua masjid memang membuat suasana menjelang tidur semakin menjadi. Yang ajaibnya, rasa kantuk itupun sirna saat sudah keluar masjid.
Bolehlah itu masalah khatib dan kita tidak mampu merubahnya. Kecuali kita sendiri yang khatib. Mungkin mampu dengan mengajak tiap khatib berdialog seusai sholat Jumat agar berkhutbah sebagaimana Rosul Khutbah. Berapi-api, tanpa teks dan mampu membangkitkan kesadaran jamaah untuk ber-Islam secara kaffah. Bukankah sebagian dari kita urung niat untuk menyampai kepada khatib yang bersangkutan karena kita takut. Bahkan tidak jarang kita ciut melihat siapa kita di hadapan khatib yang banyak ilmunya itu.
Oleh karena itu, mungkin kita fokus saja pada diri kita. Bukan orang lain. Sehingga, secara pribadi kita (pembaca blog ini) mampu merubah diri kita agar tidak tidur saat khutbah.
Baik, kita coba bahas satu persatu. Pertama, pernah tidak mengamati orang-orang tua yang duduk di shaf permulaan? Jika pernah kita akan mendapati bahwa ternyata mereka betul terjaga sejak masuk masjid hingga adegan salam-salaman usai. Tahu tidak? Mereka itu datang lebih awal ke masjid. Mereka mandi sunnah yawmul jumu'ah, berpakaian bersih dan wangi. Tentu sudah makan juga, seperti yang disunnahkan. Artinya secara persiapan, mereka lebih matang. Bandingkan saja dengan kita (khususnya aku), yang datang ke arena ibadah Jumat saat waktu sudah mepet. Bahkan tidak jarang yang baru shalat tahyatul masjid saat khatib sedang khutbah. Kita datang dalam kondisi badan letih sehabis bekerja, pakaian masih pakaian kerja (bagi yang full day hingga sore). Persiapan inilah yang membedakan kita dengan mereka. Persiapan inilah yang membuat kita mengantuk dan mereka terjaga.
Mungkin solusi meliburkan hari Jumat sebagaimana meliburkan hari minggu untuk beribadah bagi umat Nasrani bisa jadi solusi agar lebih khusyuk dalam menjalani ibadah Jumat. Tapi fakta juga menunjukkan, meski hari jumat bertepatan dengan hari libur, toh masih banyak pula yang mengantuk dan deep sleep saat khutbah Jumat. Dan Bagaimana pula jadinya negeri ini jika semua pegawai negeri dan swasta libur dari jumat hingga minggu?
Kedua, selain faktor itu boleh jadi benar apa yang disimpulkan oleh guru menulis EWA. Bahwa "kita akan tertidur saat kita berhenti berfikir". Berhenti melakukan proses kecerdasan dalam otak kita. Artinya, kenapa kita tidur saat khutbah? Karena memang kita tidak perhatikan isi khutbah yang memang temanya berulang seputar Nasehat Taqwa. Dalam beberapa kesempatan, aku perhatikan materi khutbah yang nyaris seragam itu selalu membawa informasi dan ilmu yang baru. Apatah lagi, jika materi yang disampaikan adalah materi yang up to date. Sehingga tema-tema taqwa itu senantiasa relevan merefresh dan memberi solusi atas setiap masalah yang sedang hadir di antara kita.
Maka, berfikirlah agar tidak mengantuk saat ibadah Jumat.
Ketiga, dulu teman saya yang ustadz dan penulis buku itu, Abay, juga pernah membahas soal tidur qoylullah. Tidur sejenak di siang hari. Mungkin ini bisa jadi bagian dari solusi agar kita tidak tertidur di saat yang tidak tepat. 15 Menit boleh jadi cukup untuk mereset otak kita agar siap kembali bekerja menyerap ilmu di saat khutbah Jumat. Tapi ya jangan juga kebablasan. Di sini, shalat Jumat dimulai sekira jam 12.30 kurang atau lebih. Sementara rata-rata jam kantor sudah berakhir jam 11, meski ada yang baru istirahat tepat tengah hari. Jika dengan kondisi begini, cukuplah buat kita tidur sejenak lalu mandi dan ganti pakaian untuk segera menuju masjid dalam keadaan segar. Dan tidur qoylullah ini ternyata juga bagian dari sunnah. Jadi nambah pahala jumat kita.
Keempat, hindari kipas angin. Bagi aku, berada di antara hembusan kipas angin (dan AC) adalah kondisi yang sangat membantu untuk terlelap. Sudahlah capek, dikipasin pula. Sedap tenan buat tidur. Bagaimana bisa? Khan panas? Tidak akan gerah kalau sudah mandi. Mungkin ini tidak dapat dihindari, tapi baguslah buat tambahan.
Kelima, mungkin ganti-ganti masjid juga bagus. Jadi tiap jumat kita tidak melulu shalat di masjid yang sama. Tapi hati-hati juga memilih masjid. Karena aku pernah temui ada masjid yang mayoritas diisi oleh santri (usia ibtida' dan tsanawiyah) yang jamak menempelkan jidatnya sembari duduk di antara shaf. Namun, pengalaman membuktikan berganti masjid membuat suasana jadi lain. Apalagi bisa menemukan Masjid yang khatibnya berkhutbah kurang dari 10 menit. Dijamin tidak terlalu kantuk. Tipsnya, jangan juga pilih masjid yang terlalu jauh. Karena, kalau jauh jadi capek dan tidurlah pula kita.
Di sini, mudah menemukan masjid. Jadinya, kalau aku mau pindah-pindah masjid jadi gampang. Satu Kecamatan bisa dapat 10 masjid. Wajarlah, Kalsel ini kan bukan hanya dikenal sebagai kota seribu sungai. Tapi juga seribu menara (masjid).
Nah, itu dulu. Mungkin lebih banyak lagi masalah beserta solusi yang ada di benak kawan semua. Boleh ditambahkan di komentar ataupun bagikan link tulisan dari blog kami. Biar kita bisa lebih khusyuk beribadah Jumat. Tanpa perlu menyalahkan orang lain dan kondisi sekitar. Meski, pada kondisi iman kita yang sedang lemah kita kolaps juga. Terpengaruh juga.
Enak lagi kalau kita juga jadi khatib, kita bisa tuh berkreasi (tanpa melupakan rukun) dalam penyampaian khutbah. Maksudnya kreasi dalam cara berkhutbah dengan tidak membaca dan menggunakan intonasi yang membangkitkan semangat berislam yang tinggi. Tapi, kalau ilmu-nya masih cetek kayak aku, gak beranilah ditawarin khutbah. Karena kalau elmu kita nanggung, jadinya ya ngikutin teks biar aman. Kalau ikut teks, tidak mudah jadinya untuk berinprovisasi dengan intonasi yang penuh semangat dan menggugah. Kalau begitu, mungkin kita akan jadi khatib yang turut bersumbangsih pada lelapnya jamaah sholat Jumat dalam mimpi-mimpinya.
Semoga tiap jumat kita tidak jadi ajang buat istirahat. Sehingga ibadah jumat akan berubah fungsi menjadi Sleep Jumat.
Wallahua'lam
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tambahan Catatan penulis: 14.03.16
Seandainya saja khathib di masjid-masjid di INdonesia begini semua. Pasti gak akan ngantuk.
khatib yg menggunakan teks saat berkhutbah biasanya membuat saya ngantuk, karena minim improvisasi, tips yg biasanya saya gunakan utk menghilangkan rasa ngantuk adalah melihat orang lain yg sedang mengantuk, sugesti kan tidak mutlak mengikuti objek, sesuatu yg "tidak kita inginkan" apalagi ditengah jamaah yg sedang memperhatikan ceramah adalah juga sugesti yg baik menurut saya...
ReplyDeleteSetahuku Ron, selain tertawa dan tepuk tangan, mengantuk juga bisa menular. Belum ada bukti ilmiiyah sih, tapi pengalaman di lapangan biasa terjadi begitu
Deleteyap, karena ini memang pengalaman sendiri... hehehe
DeleteMenuntut khatib berinprovisasi nampaknya mustahal. Kalaupun bisa, perlu proses yang tidak sebentar... Karena berorasi itu adalah masalah skill. Yang latihannya tidak bisa sehari langsung ekspert
Deleteutk sementara pengalaman jadi khatib blum ada, hehehe... tapi yg pasti, seseorang bisa karena biasa, biasa karena memang sering latihan
DeleteSepertinya memang, budaya membaca teks khutbah itu benar-benar menjadi habits yang seolah menjadi rukun tersendiri. "Gak Khutbah kalau gak membaca"
DeletePernah pake trik pelototin khatib?
ReplyDeleteKena gugup kak khatibnya mun dilihati tarus... hehe
ReplyDeleteKijipi
Delete