"rasa cinta melahirkan pengorbanan" -HendraMadjid-
Dua pekan lalu, saat menidurkan Raiqa dalam ayunan. Matanya nampak masih ingin bercanda mesra dengan Abahnya. Bagaimana tidak, selama sepekan pertemuan ayam-anak hanya terjadi sekali. Sabtu dan Minggu. Beberapa permintaan mau tidak mau harus dipenuhi. Mulai dari mau Abahnya mengaji, mengipasi dan menyanyi. Ah, inilah bahasa rindu sederhana seorang balita.
Lagu "Rosulullah" yang dipopulerkan oleh Hijjaz saya lantunkan. Seusai itu, seolah sebagai munsyid profesional saya Medley dengan lagu "Segenggam Tabah"-nya Inteam dan dua lagu Saujana berjudul "Suci Sekeping Hati" dan "Nur Malam". Koq hafal bener? Hehehe... hanya mengingat-ingat waktu dulu masih jadi penyiar acara nasyid koq.
Tak terasa air mata saya menetes saat melafalkan lirik "Segenggam Tabah"
bagaikan camar pulang senja
patah sayapnya
tetap terbang jua
sekadar secicip rezeki
buat yang sedang rindu menanti
segenggam tabah dipertahankan
buat bekalan di perjalanan
kau bebat luka yang berdarah
kau balut hati yang calar
Seperti inikah cinta? Betapa lelah dan remuk redamnya badan, segala curahan kasih tetap diberikan kepada belahan jantung. Saya menatap wajah Ummu Raiqa yang sedang terlelap. Bagaimana dia harus mengabdi kepada negara sebagai guru, mengurus rumah dan mendidik Raiqa secara bersamaan. Sendirian. Belum lagi, saat ini sedang hamil tua. Mengandung adiknya Ira. Tak sebandinglah dengan apa yang saya lakukan. Bekerja di luar kota dan setiap pekan menggeber kendaraan sejuah 400 km hanya untuk menemui dua bidadari ini.
Telah tertulis suratan nasibmu
Derita buatmu ada hikmahnya
Terlukis senyum di bibir lesu
Tak siapa tahu hatimu
Biarpun keruh air di hulu
Mungkinkah jernih di muara
Biarpun jenuh hidup dipalu
Pasti bertemu tenangnya
Kebahagiaan memang tak akan tertulis di dalam sanubari hanya dari berapa jumlah harta yang kita kumpulkan. Kebahagiaan jauh melebihi itu. Bahkan rasanya terlampau sulit dijelaskan dengan kata-kata. Sebagaimana cinta. Pengorbanan orang tua seperti inilah yang dulu berupaya membesarkanku? Apalah artinya kebesaran diri kita jika kita lupa pada mereka?
Dalam berbait-bait Segenggam Tabah, saya ingin sampaikan kepada si Sulung. "Nak... seberapapun kerasnya persoalan orang tua terhadap dunia, rasa cinta mereka tidak pernah akan berkurang terhadap kalian. Hanya saja, tidak semua orang tua menyampaikan cinta itu dengan cara yang sama. Dan Abah memang bukanlah sosok yang sempurna untukmu dan Umi"
"Dengarlah nak. Cinta, kapanpun kau rasa. Semuanya memerlukan pengorbanan. Sesakit apapun itu. Tapi, ada kebahagiaan yang akan hadir di hatimu. Dan ingatlah, cinta kepada Allah harus mengalahkan segalanya. Termasuk, cintamu pada Abah dan Umi"
"tidurlah nak... besok kita belajar dan bermain lagi ya...."
Airmata saya kembali deras setelah nasyid "Nur Malam terntung dengan parau. Kedua bidadariku telah tidur. Dan inilah renunganku sebagai hamba. Bahwa aku memang hanya makhluk yang hina dan penuh dosa.
Renungi malam ini rasa kesangsian
Ku kini berada di alam yang sunyi
Hanya bertemankan bintang dan bulan
Di malam kelam
Hembusan angin bayu pastikan berlalu
Seiring dosa lalu yang membelengguku
Moga semalam jadi pedoman
Dan pengajaran
Langkah kaki kananku
Menyusuri rumah suci
Bermula episod baru
Dalam ketulusan hati
Bila hati menghadap tuhan
Baru kusedar ada kelemahan
Terasa kerdil berbanding Yang Esa
Terharu, terfikir betapa agungnya Tuhan
Tuhanku, aku tidak layak masuk syurga-Mu
Namun tak berupaya menghadapi api neraka-Mu
Terima taubatku dan ampunkan dosa-dosaku
Inginku ubah cara hidupku yang lalu
Menjadi hamba yang diredhai selalu
Tiada palsu wahai tuhanku
Alloh yang satu
Kuakhiri sujud dengan doa
Semoga dikabulkan hajat
Dijauhkan duka lara
Kuharap terimalah taubat
Tak sanggup saya menuliskan penjelasannya. Rasa ingin menangis lagi merapal lagu ini...
Ah dunia... ya Allah, izinkan hambaMu ini untuk terus menebar cinta dan inspirasi. Agar semakin banyak manusia yang betul menghamba padamu.
Kak uln mnta ampun maaf
ReplyDeleteMudhn sehatan ja sbarataan aamiin yaarobbal'alamiin