"Sumatera dan Kalimantan diselimuti kabut asap tebal"
Berita dengan judul sejenis ini dalam sebulan terakhir betul-betul menghiasi media cetak, televisi dan media online. Bukan sekadar menghiasi nampaknya. Tajuk ini adalah isu penting yang mengalahkan pentingnya berita keterpurukan nilai tukar rupiah.
Mungkin nilai tukar rupiah turunnya hanya dirasa oleh sebagian kecil masyarakat yang bertransaksi menggunakan dolar. Karena sebagian besar masyarakat masih bisa memenuhi kebutuhannya meski dengan pengetatan pengeluaran yang demikian ketat. Namun kabut asap ini benar-benar dirasakan dampak negatifnya hampir seluruh masyarakat Indonesia terutama di Sumatera dan Kalimantan, terlebih dua negeri jiran kita -Malaysia dan Singapura-.
Setiap pagi di kontak BBM kami, hampir selalu saja muncul keluhan soal asap. Dan dari sekian banyak keluhan tersebut, sangat sedikit sekali (kalau tidak mau dibilang tidak ada) yang mencoba menawarkan solusi. Bahkan sekarang di media sosial juga marak unggahan foto dengan masker dan seruan-seruan berhashtag (#). Lalu ada ratusan meme (dibaca mim) perihal asal, bahkan meme kreasi warga Singapura-pun ramai beredar. Ya mungkin dua hal terakhir adalah salah satu "solusi" pemerintah semakin serius menangani masalah kebarakan hutan yang melanda Indonesia.
Meski begitu, sebenarnya ada langkah kecil yang beberapa waktu lalu sempat dibroadcast melalui BBM yang menurut saya membawa secercah harapan. Seruan untuk menampung air panas berisi garam ke dalam baskom pada jam 11.00 sampai jam 13.00. Diharapkan dari siaran pesan tersebut, setiap rumah terlibat aktif melakukannya agar datang hujan. Kamipun ikut melakukannya. sampai beberapa hari.
Hasilnya? Sejauh ini belum ada hujan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Di dunia ini, harus kita ketahui. Banyak hal-hal besar terjadi karena aktifitas kecil yang dilakukan berulang-ulang. Misalnya, Seseorang tidak akan langsung terkena diabetes karena makan 40 sendok teh dalam sehari. Namun hal itu akan terjadi seandainya kita lakukan setiap hari dengan hanya mengkonsumsi 5 botol pul*py orange setiap hari (satu botol terdapat 32 g gula atau 8 sendok teh gula). Coba saja, dalam 60 hari anda akan merasa berat badan anda akan meningkat drastis (sekitar 5 kg). Termasuk kadar gula dan lemak (trigiserida). Biar makin yakin, cobalah tonton sebuah film dokumenter berjudul "Sugar Movie".
Demikian pula hal kecil seperti seruan di atas. Seruan untuk menampung air panas yang bercampur garam. Kalau sehari saja, efeknya akan sangat kecil lagi. Apalagi, jika dilakukan hanya dalam satu hari dan yang melakukannya hanya orang-orang yang memiliki kesadaran dan terlihat "konyol". Tapi sekonyol-konyolnya sebuah upaya sederhana, pasti akan memberi efek di masa yang akan datang.
Kalau pernah dengar butterfly effect, project ini semacam ini. Membuat hal sederhana agar terjadi perubahan besar. Bukankah kepakan sayap kupu-kupu dapat membuat Tornado?
Oke. Tulisan ini sejujurnya adalah bentuk kegalauan saya sebagai manusia. Karena saya kasian dengan diri sendiri dan masyarakat yang terus terpapar dengan asap yang sudah terkategori bahaya ini -meskipun kata ibu MenKes, asap ini tidak berbahaya-. Sehingga, kita perlu project kecil-kecilan selama satu bulan ini. Pemerintah mungkin telah menurunkan ribuan personel TNI untuk memadamkan banyak titik api. Termasuk menggunakan Helikopter yang membombardir kebakaran hutan dengan air -dengan biaya yang sangat besar, kabarnya 1 M sekali terbang-. Maka, project kecil-kecilan ini adalah bentuk peran serta kita membantu pemerintah dan masyarakat agar segera turun hujan.
Bentuk projectnya adalah sebagai berikut:
1.
Didihkan air sekitar satu panci bersama beberapa sendok garam dapur. Lalu setelah mendidih -upayakan benar-benar mendidih-, dimasukkan ke dalam mangkok-mangkok kecil. Mangkok-mangkok kecil ini kemudian di anginkan di area yang terpapar Sinar Matahari secara langsung. Untuk kasus di Banjarbaru, kondisi paling panas adalah dari jam 12 Siang sampai jam 14.30.
Saya mengganti penggunaan baskom, karena di tempat kami tidak terlalu banyak Baskom. Selain karena untuk menghabiskan air garam dalam satu wadah baskom perlu setidaknya perlu 3 hari. Itupun masih tersisa bekas garam yang tidak ikut menguap bersama air. Dengan mangkok, waktu penguapkan akan lebih cepat (apalagi tidak mengisi semangkok penuh). Lebih bagus lagi kalau punya wadah yang lebih besar.
Kalau bisa lakukan setiap hari dan ajak orang di sekitar untuk melakukan hal yang sama. Khusus untuk daerah #Banjarbaru dan #Kalimantan serta #Sumatera seluruhnya agar kampanye ini lebih masif. Pada minggu-minggu pertama mungkin kita tidak akan merasakan dampaknya. Namun semoga dengan upaya kita semua hujan bisa turun.
Kalau hujan sudah turun sekali. Jangan berhenti hingga setidaknya kita melakukan ini dalam satu bulan. Terhitung dari hari ini 21 September 2015 sampai 20 Oktober 2015.
2.
Hentikan membakar sampah dan merokok. Percayalah asap dari sampah dan rokok yang kita hisap makin menambah parah tebalnya asap. Mungkin tidak sampai 1-2%, karena asap pembakaran sampah dan rokok pada kondisi normal memang tidak berpengaruh pada tebal-tipisnya jerebu.
3.
Upaya Spiritual berupa Shalat Istisqa (meminta hujan) adalah cara yang bisa ditempuh. Lakukan secara simultan di beberapa tempat dan di lapangan terbuka. Termasuk di dalamnya adalah dzikir dan istighfar, agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah. Bukankah kalau kita beriman dan bertaqwa, Allah akan turunkan Baarokah dari langit dan bumi?
4.
Jika berkenan, bagikan tulisan ini melalui media sosial agar lebih banyak yang membaca, lebih banyak yang melakukan, lebih banyak kemungkinan datangnya hujan dan lebih cepat kita terbebas dari kabut asap yang menimpa kita.
Lebih bagus lagi, jika teman-teman juga membuat sendiri tulisan sejenis yang sejalan dengan project ini. Lalu membagi dan menyebarluaskannya kepada seluruh jaringan kita.
Saya mendoakan, semoga kontribusi kecil ini akan diganjar oleh Allah Sebagai amal sholih yang akan memberatkan timbangan pahala kita di akhirat kelak.
Poin nomor 2 mantap tu Kak :)
ReplyDeleteTerima kasih kawan khairan sudah berkunjung. Kalau boleh disebar, silakan...
DeleteSiang beberapa waktu saya sebarkan tulisan ini, seorang kawan, Tohir namanya (Blog: http://www.muhammadtohir.co.vu/) memberi apresiasi melalui pesan BBM. Terima kasih bro. Selain apresiasi, beliau juga meyarankan untuk menyimak pandaangan BPPT soal pancingan hujan dengan air garam di alamat berikut: http://news.detik.com/berita/3017059/ini-penjelasan-bppt-soal-broadcast-pancing-hujan-via-baskom-air-garam
ReplyDeleteBiar bagaimanapun, informasi ini penting untuk diperhatikan. Walau kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika seribu orang saja di tiap kota besar melakukan ini. Rekayasa hujan bisa saja terjadi. Who knows?
Saya menyadari, bahwa munculnya broadcast tersebut adalah sebuah upaya sederhana karena ketidakmampuan seorang sebagai individu untuk berbuat banyak namun tetap ingin berkontribusi.
Ingat! keinginan untuk berkontribusi inilah yang sudah memiliki nilai di hadapan Allah. Adapun jika dilakukan dengan cara yang belum sesuai, insya Allah masih akan terbuka jalan untuk memperbaikinya. Bukankah ada #pepatah berbunyi: "Jika ada keinginan, muncul seribu jalan. Jika tak ada keinginan, yang muncul adalah seribu alasan"