Co-Founder Instagram, Kevin Systrom menyatakan "Rata-rata, pengguna melewatkan 70% post di feed mereka. Karena itu, sistem ini akan membuat 30% yang mereka bisa lihat adalah 30% yang terbaik," (sumber: NYtimes) Terkait dengan kebijakan baru Instagram yang akan memperbaharui Algoritma untuk mengatur feed (umpan) di timeline kita.
![]() |
Seringkali kita menemukan, ada posting yang memang tidak pernah kita like muncul secara terus menerus karena mendapatkan banyak respon. Padahal, ada post yang menurut kita "penting" (karena kita like atau coment) malah tertindih dengan posting "tidak penting" itu. Alamatlah, akun dengan jumlah follower berjuta-juta menggila. Setiap setengah jam (bahkan kurang) mereka posting. Entah posting sesuai tema ataupun posting bernada paid promo. Selama mengundang like dan komentar berjuta, jadilah kemudian mereka semakin populer dan semakin sering muncul di timline kita
Biasanya, akun dengan follower supergendut itu memang menyajikan hal-hal lucu atau fakta-fakta menarik yang bobot postingnya itu memang lite. Ringan. Padahal, tidak semua orang yang memiliki akun instagram untuk membaca feed ringan dan bersenang-senang. Beberapa saya temukan, banyak akun instagram yang malah menyampaikan kampanye politik, propaganda opini, anti-ini, anti-itu dan lain-lain. Yang tentu menurut sebagian orang penting.
Jadi, kalau kita memang tidak suka dan tidak merasa penting dengan sebuah akun tertentu kita tidak akan dapat feed mereka. Padahal, khan tinggal di unfollow? Mungkin sih, tujuannya baik. Agar meningkatkan user experience dan kita lebih aktif dalam menanggapi sebuah feed. Supaya tidak hanya sekadar sillent reader atau stalker terhadap akun yang kita ikuti. Sehingga 100% akun yang kita follow memang betul-betul "berinteraksi" dengan kita.
Kalau tidak? Ya bersiap-siap untuk melihat lebih banyak iklan deh.Sehingga, mau tidak mau, suka atau tidak suka, nanti kita harus melirik posting berbau iklan di timeline kita. Sayangnya, akun iklan itu tidak bisa kita unfollow agar tidak kita ikuti lagi. Dan hal ini tentu akan membawa dampak yang signifikan terhadap gaya dan aktifitas kita di instagram. Bisa jadi, kondisi ini membuat instagram ditinggalkan, atau malah tambah ramai. Let's see.
***
Memang, sejak instagram di akuisisi oleh facebook, kelihatannya jadi lebih "mata duitan". Tapi, kalau boleh jujur. Sering kali kita (sebagai pemilik produk, yang ingin berjualan) tergiur untuk menggunakan jasa selebram untuk endorse produk kita agar laku di pasaran. Padahal belum pasti endorse tersebut berbanding lurus dengan penjualan.
Saya sendiri sempat ragu, saat juga kepincut ingin memasarkan produk saya melalui selebram. Misalnya saja, untuk akun dengan follower 20K mereka pasang tarif di kisaran IDR 50K/ Posting. Dengan pilihan posting itu dihapus atau dibiarkan bertahan dalam timeline mereka kalau berhubungan dengan tema akun mereka. Adapula yang menawarkan 100K, 500K, bahkan 1 juta perpost. Efektif? Saya tidak tahu karena memang urung untuk mencoba. Tapi kelihatannya dalam beberapa kasus yang terlihat, menggunakan influenzer, buzzer dan sejenisnya mampu mendatangkan lead dan akhirnya membuat closing.
Saya sendiri lebih suka menggunakan Facebook Ads (include instagram ads) dalam memasarkan produk dibandingkan dengan endorse (karena memang belum berani mencoba). Karena di Facebook ads, kita lebih leluasa menentukan Niche (ceruk) segmen untuk bisnis dan produk. Kita bisa tentukan jenis kelamin, usia, minat, lokasi bahkan kencenderungan-kecenderungan tertentu. Dengan jangkauan yang bisa kita atur sesuai keinginan dan budget kita, target marketpun akan kita dapatkan dengan lebih cepat dan mudah.
Misalnya saja, untuk jumlah dana 50K. Saya bisa membuat iklan itu tayang 5 hari atau hanya satu hari. Bahkan dalam 5 hari, kita bisa merubah gambar, tulisan bahkan video karena dirasa kurang memuaskan secara tanggapan. Misalnya, untuk Fanspage Kavling Syariah Banjarbaru dalam beberapa hari saya sudah mendapat lebih dari 300 like. Dan segmen interest dengan berkomentar atau interest terhadap kiriman kami jumlahnya lumayan.
Semakin tinggi biaya yang kita atur, semakin tinggi jangkauan dan semakin besar pula "kolam" yang siap untuk kita "panen" ikannya.
Jika dibarengi dengan gambar yang bagus, teknik copywriting yang oke, bukan tidak mungkin. Sebuah feed yang asalnya berbayar menjadi viral karena banyaknya like, coment dan share. Kalau sudah menjadi viral, bersiap-siaplah rekening kita kebanjiran transfer.
Hal ini juga diamini oleh banyak internet marketer yang sekarang sudah mulai beralih ke dari adsense ke facebook ads. Bagaimana dengan instagram? Entahlah! Mungkin beda kasus, beda segmen, beda pula tindakannya.
***
Mungkin kalau algoritma itu benar-benar sudah diluncurkan, akan terlihat bagaimana efeknya. Bagi kita yang secara sosial untuk membangun opini. Ataupun bagi yang ingin produknya dikenal luas secara cepat oleh netizen. Bisa jadi berkah tersendiri, bisa pula menjadi musibah. Semua tergantung kepada cara kita menyikapi dan mengambil strategi-strategi baru menghadapi perubahan itu.
Bagi yang memang penasaran sama instagram ads, boleh tengokin nih artikel berikut. Mungkin nanti, influencer memang akan memberikan dampak bagi penjualan. Tapi dalam artikel itu bilang, dia bukan lagi satu-satunya cara murah untuk mendapatkan penjualan. however, there is now new way.
Bagaimana menurutmu?
Bagaimana menurutmu?
Baca Juga Kiat bisnis Abdurrahman bin Auf, ada ebook bagus juga di sana lho.
sisi baiknya, konten yang harus diupload Instagram harus membuat orang terkesima sehingga dapat banyak like dan follower. itu sih pandangan dari saya, hehe
ReplyDeleteIya. Konten memang harus berkualitas. Tapi, algoritma ini lebih kepada bagaimana feed itu diperlihatkan kepada user. Jadi, kalau memang kita tidak interest dengan submit "kepentingan" berupa like dan coment, postingan itu tidak akan muncul ke dalam feed kita
Delete