![]() |
(c) hendramadjid.com |
Dulu sekali, saat baru berkenalan dengan dunia internet. Sempat ada yang bilang, kalau ingin punya diary tapi semua orang bisa baca, blogging lah solusinya. Karena itulah, sekitar tahun 2005-an, saya sudah punya akun blogspot, wordpress dan multiply.
Di blog awal tidak terurus, bahkan sampai sekarang saya tidak tahu rimbanya. Hanya karena banyak teman-teman MiRC dulu (yang lambat laun beralih ke Yahoo! Messenger) yang menggunakan multiply sebagai pilihan blogingnya. Medsosnya? Jangan ditanya generasi kami soal Friendster yah! Soalnya kami akan ingat betapa alay-nya kami. Sedih.
Karena pada dasarnya memang diperuntukkan sebagai media curhat pengalaman dan aktivitas pribadi, akhirnya pengguna-pengguna awal tidak terlalu mempermasalahkan alamat blognya dengan menggunakan sub-domain. Merekapun tidak terlalu peduli dengan Google index, pagerank, Alexa rank, Bing index, dan lain-lain. Jauh lagi mengenal adsense. Yang penting menulis.
Blog-blog yang memang bagus secara konten, pengemasan tulisan dan bentuk blog yang lumayan mendapat komentar dan trafiknya lumayan baik. Apalagi, blog-blog yang menyediakan download ebook gratis (termasuk software, lagu, power point dll), pastilah banjir pengunjung.
Pada akhirnya blog-blog populer itu ada yang mengeluarkan buku, dan laris. Atau blognya menjadi portal diskusi, atau menjadi sumber penghasilan dengan menjadi publisher ansense. Makin populer, makin besar peluang mendapatkan dolar.
Karena godaan dolar inilah kemudian. Semakin ke sini, semakin banyak blogger yang orientasinya bukan lagi untuk menulis, curhat dan sharing pengetahuan. Tapi pada duit. Dolar. Rupiah (kalau sekarang).
Saya amati, blog-blog bertema how-to yang berkaitan dengan blogging, SEO, mendapat pagerank, lumayan bertebaran. Dan tidak sedikit kontennya sama dengan yang lain. Apakah kopas? Saya tidak tahu dan tidak berani menuduh. Namun, sepertinya kita sudah merasa sepertinya semangat menulis itu sudah mulai luntur jadi semangat menghasilkan duit. Memiliki monetis.
Tidak salah dan sah-sah saja. Namun jika benar terlalu banyak plagiarisme yang berkembang di situ, justru ini menghancurkan semangat blogging itu sendiri. Jikapun kopas (kopi-paste), lebih elok lah dengan mencantumkan sumber setidaknya berikan backlink sebagai kredit kepada mereka yang bersusah payah membuat tulisan.
Jangan salah, membuat tulisan kadang juga harus melakukan riset. Bahkan tidak sedikit tulisan lahir dari kejadian-kejadian menyakitkan penulis. Heran saya, di facebook pun begitu. "Izin copas ya stadz; bang, tulisannya aku kopas ye; bro, daku izin kopas yak" adalah kalimat yang sering saya temui. Padahal, facebook sudah menyediakan fitur 'share' agar keaslian sumber tulisan tetap terjaga.
Mungkin saja sudah budaya? Bisa jadi.
Memang dulu, zaman kita awal-awal blogging. Kita tidak segan untuk sekadar mewartakan sumber tulisan kita. Karena kita sadar betul harga dan jerih payah seorang penulis. Meskipun dia hanya menulis hal-hal remeh yang dianggap tidak terlalu penting bagi khalayak ramai. Karena menulis itu menguras otak, tenaga dan waktu.
Lha karena itu pulalah, mereka yang memang tujuan awal blogging memang ingin membagi hal-hal bermanfaat. Tidak akan pernah merasa lelah meskipun tidak ada donasi. Mereka tak pernah ragu untuk update setiap hari tulisannya, hanya untuk berbagi. Dibaca syukur, tidak dibaca tidak mengapa. Tidak diberi rank, index apalagi adsense, tidak pernah jadi masalah buatnya.
Karena semua itu hanyalah efek samping dari ketulusan. Orang yang tulus berbagi, pasti akan dapat balasan dari Tuhan. Kalau tidak dalam bentuk materi, mungkin berbentuk popularitas, atau bisa jadi dapat istri. Apapun itu. Selama masih energinya positif, baliknya pasti positif.
Nah. Kalau kita tujuan bloggingnya melulu hanya masalah uang, kita akan menggunakan segala macam cara agar blog kita ramai pengunjungnya dan menjadi uniq visitor. Semisal dengan metode Black hat SEO. Membajak pagerank agar tinggi rankingnya. Atau bahkan membuat konten-konten 17+ yang memang banyak dicari oleh pengguna internet. Entah itu berupa cerita, gambar atau video. Tapi kalau blog kita isinya yang seperti ini, siap-siap aja dapat "karma".
Kalau memang blog kita memiliki tema yang tidak "seksi", tidak perlu lah nyerempet ke situ. Toh, tema apapun pasti akan ada saja pembaca dan penggemarnya. Tidak perlu takut tau risau dengan meniru-niru blog ramai bertema teknologi, tema internet marketing, tema SEO dan adsense. Kalau kita tidak ahli di bidang itu, ya tidak usah ambil tidak usah memaksakan diri menulis tema yang tidak kita kuasai.
Intinya sih, jangan sampai disorientasi blogging. Apalagi sampai disorientasi seksual. Bahaya. #eh.
Comments
Post a Comment