Skip to main content

Pengalaman Mengalahkan Persepsi

Salah satu faktor penting dalam membuat sebuah keputusan adalah pengalaman. Karena ianya muncul bukan sekadar dipengaruhi oleh informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat, tapi apa yang betul-betul dirasakan. 

Penerbangan Udara
Ilustrasi Pesawat: Sumber Liputan6


Kondisi seperti ini tidak lama saya temukan. Saat kami mengagendakan untuk pergi secara rombongan ke acara Pesta Wirausaha pada tanggal 3 hingga 5 Mei ini. Keberangkatan secara bersama-sama dari Bandara Syamsudin Noor menggunaan Garuda Indonesia di senin pagi jam 9.20. Namun waktu pulang berbeda-beda. Saya sendiri bersama satu orang teman lainnya -sebut saja namanya Rusli- memutuskan untuk pulang pada hari sabtu. Karena di hari jumat yang telah direncanakan sebelumnya ada acara Pesta Marketing Properti. Jadilah hari kepulangan kami ke bumi lambung mangkurat harus diundur.

Kapal Terbang
Ilustrasi Pesawat. Sumber: Kriwilnet
Menariknya, jadwal pulang sendiri sudah direncakanan oleh ketua Rombongan yang juga adalah Direktur TDA Banjarmasin minimal menggunakan Citilink. Dan Kalau bisa Garuda. Kita tahu sendiri lah kalau orang sudah bicara standar, ukuran minimalnya selalu tidak sama dengan orang lain. Hari sabtu itu, Citilink cuma ada pada jam 12.40 (kalau tidak lupa). Artinya, kami harus sudah check-out dari hotel pagi-pagi. Dan Rusli tidak mau pulang terlalu dini karena ingin lebih santai di saat pulang. Maunya pakai penerbangan sore.

Dan ketua rombonganpun bertanya memastikan: "tidak apa-apa nih pakai Lion?" Karena cuma ada singa terbang itu yang di jadwal sekitar 15.10. "Nanti delay lho..." sambungnya. Dengan santainya Rusli menjawab: "Tidak apa-apa, Toh aku punya pengalaman bagaimana Lion menangani aku saat sakit".

Ya. Awal April lalu saya menjemput Rusli di Bandara dengan kondisi badannya yang lemas. Setelah sebelumnya pingsan saat check-in penerbangan Lion menuju Banjarmasin. Dan bersyukur, saat itu pihak Lion memberikan sebuah experience yang bagus untuk dia. Rusli dirawat di salah satu klinik kesehatan bandara (atau Lion ya saat itu). Harusnya pulang siang, Rusli saya jemput hampir tengah malam. Dan tiket siang sudah digantikan secara gratis oleh pihak Lion.
Pengalaman itu saya lihat memiliki efek psikologis yang sangat bagus. Karena tidak sekadar membekas di dalam ingatan, tapi juga menjadi persepsi yang mengalahkan pandangan bahwa Lion adalah Maskapai delay. Saya sendiri tidak pernah merasa bahwa anggapan -Lion adalah Maskapai delay- itu benar. Karena terlambat 5 atau 10 menit bagi saya adalah perkara yang wajar. Karena saya pernah berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menggunakan Batavia Delay lebih dari 3 jam setelah Hari Raya Lebaran dan tidak mendapatkan apa-apa. Btw, Batavia sekarang ke mana ya? Hehehe.

Mungkin dulu saya yang jarang sekali naik pesawat ini sempat tidak mau memakai Lion karena kasus Delay yang terjadi beberapa waktu lalu. Bayangkan, Delay seharian pasti membuat kita stres. Karena harus melupakan berbagai rencana yang telah kita susun sebelumnya. Sampai kemudian muncul Meme yang bertebaran di dunia maya membandingkan antara Air Asia dengan Lion Air. 

Setidaknya, pengalaman Rusli sudah jadi bagian penting yang membuat trust building yang sedang dilakukan ole Lion berangsur meningkat.

***
Semakin ke sini, kita semakin disadarkan. Bahwa user experience menjadi faktor penting dalam membangun loyalitas kita kepada konsumen. Hal ini pulalah yang sekarang sedang tren dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan jika sebuah startup ingin mendapatkan hati pengguna. 

Bayangkan, jika anda menginstall sebuah aplikasi tertentu lalu kemudian aplikasi tertentu dan belum apa-apa sudah tampil di depan layar perintah untuk melakukan login atau sign-up. Apalagi harus membayar dulu di awal. Tanpa melihat terlebih dahulu versi trial yang membuat kita punya pengalaman menggunakan aplikasi itu. Yang pada akhirnya kita bilang "oke, saya akan sign up dan mungkin akan membayar".

Atau betapa kesalnya kita ternyata ada aplikasi yang sudah kita download ternyata hanya berbentuk prototye yang sudah diperkenalkan kepada publik sebagai aplikasi komersial. Sedikit-sedikit force close, karena memang peruntukannya memang hanya untuk pengguna terbatas. Padahal, pengembang sudah jor-jor-an mengeluarkan biaya promosi agar orang mau download dan menggunakan aplikasi itu.

Karena itulah hingga saat ini, saya sendiri tidak terlalu khawatir karena versi prototype dari Platform carimakan yang sedang kami bangun belum bisa launch secara massal. Kami harus mengujinya terlebih dahulu lalu mendapatkan feedback dari pengguna awal. Usai mendapatkan feedback, kami akan perbaiki di mana bagian yang masih memiliki bug atau fitur kurang bermanfaat bagi user. Saat versi beta sudah meluncur, akuisisi penggunapun tidak akan terlalu masif kami galakan. Mungkin dua sampai tiga kali lebih banyak dibanding pengguna awal.

***
Kembali lagi soal pengalaman. Baru-baru ini, saya mengirimkan berkas Perjanjian Jual Beli ke Ampah, Barito Timur menggunakan JNE. Rata-rata pengiriman khan sekitar 3 hari menggunakan paket reguler. Eh, ternyata paket dikirim pada hari kamis, hari jumat menjelang siang paket sudah diterima. Dulu, saat pihak JNE tidak menemukan alamat yang saya tulis di paket, mereka menelpon dan mengembalikannya. Berbeda sekali dengan ekspedisi BUMN yang juga pernah saya pakai jasanya. Ada paket yang dikirimkan nasabah kami ke sini, tapi tidak pernah sampai. Dan nasabahpun tidak pernah dapat informasi bahwa paket mereka tidak pernah sampai tujuan. Miris.

Karena itulah wajar. Jika sekarang ada banyak sekali selller produk tertentu yang mencantumkan testimoni penggunanya sebagai bagian dari metode promosi. Testimoninya tidak sekadar soal produk, tapi bagaimana seller tersebut melayani mereka, proses pengiriman dan lain sebagainya. Apalagi, jika kita menjual produk berupa jasa yang terkait sangat erat dengan pengalaman pengguna.

Jujur saja deh, Pengalaman bisa mengalahkan Persepsi khan? Contoh paling kongkritnya adalah: Pasti berbeda pemahamannya tentang pernikahan antara orang yang sudah (pengalaman) menikah dengan yang baru ikut kajian atau baca buku pernikahan. Hehe

Comments

  1. Bener banget mas..pengalaman memang bisa mengalahkan persepsi

    ReplyDelete
  2. Cerita2nya menarik sekali mas, punya banyak pengalaman ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau nulis, enaknya emang pake cerita. Biar gak bosan yang baca. Hehe

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Gila?

Saat bertemu di halaman rawat inap Puskesmas Alabio, beliau ajak saya ngobrol. Katanya resiko hidup punya banyak kenalan, tiap hari jenguk orang yang sakit. Saat direspon, kayaknya agak roaming gimana gitu... Di sebagian sisi halaman parkir ada ibu-ibu salah satu tetangga ranjang kami memberi isyarat. Beliau menempelkan jari telunjuk di alis. Isyarat yang sudah lama tidak pernah saya lihat. Yang menggambarkan, bahkan orang yang dimaksud sedang "miring", urat syaraf otaknya putus, agak sinting atai setengah gila. Dan benar. Menurut cerita istri, beliau ini terkenal di kampung sebagai orang "gila" yang hebat mengaji. Terlihat dari sepeda motornya yang bersih mengkilat tidak menunjukkan tanda-tanda kegilaan. Setidaknya, saat mendengarkan suara beliau sebelum adzan subuh dikumandangkan. Benar! Beliau mengaji. Dan dalam beberapa kesempatan juga adzan. "Ashsholaatu Khayrum min annawm..." Suara cemprengnya menyeru kami untuk segera bangun dan menuju masji...

TDA Camp Loksado yang Menyisakan Penyesalan

Arsip TDA Camp - Loksado Sesal kemudian memang tiada guna, tapi mau bagaimana lagi. Jika memang sudah itu yang terjadi, semoga bisa jadi pelajaran di kemudian hari. Hal ini pulalah yang masih saya ingat pada moment menjelang akhir tahun lalu di acara TDA Camp. Acara yang memang sudah diagendakan sejak lama itu mengambil tempat di Loksado, Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan. Sejak awal keberangkatan pada hari itu sudah berisi penyesalan. Beberapa anggota TDA Banjarmasin yang tidak bisa ikut acara merasa menyesal karena tidak ikut. Pelajaran moral 1: Kalau ada acara piknik, kumpul-kumpul dalam komunitas, upayakan untuk ikuti. Kalau tidak, buat apa gabung komunitas? Trivia: Wisata alam loksado terletak di Desa Loklahung. Dan masih jadi misteri, apa sebenarnya makna dari Loklahung ini. Karena kalau meninjau dari kosakata, Lok Bermakna Teluk. Sedangkah Lahung bisa bermakna buah Layung (sejenis durian), atau bisa juga bermakna pelacur. Berangkat pada 25 Desember di ...

Mourinho Jadi Manajer MU, Welcome Jose.

Tidak tahu saya, apakah harus bergembira hati atau bersedih saat Manajemen Manchester United hari ini resmi menunjuk Jose Mourinho sebagai manajer baru. Bersedih karena bukan Giggs yang jadi Manajer? Tidak suka dengan dia? Absurd. Toh CV Mourinho sebagai pelatih kelas dunia yang menjuarai Liga Champions bersama Porto dan Inter MIlan tidak jelas-jelas harus membuat saya merasa bahagia. Sebagaimana fans-fans MU lainnya yang kadung rindu sejak pertengahan musim lalu.  Ada taggar #welcomeJose yang sekarang sudah beredar yang menandakan secara resmi, Mou jadi Manajer MU. Baca juga:  Mou untuk MU? Soal MU, Goal dan sistem dalam perusahaan Bukankah publik Old Trafford sangat haus akan prestasi. Meski dahaganya sudah terobati dengan hadirnya piala FA yang kembali dijunjung tinggi setelah terakhir pada 2004. Diyakini, bahwa kehadiran pria kebangsaan Portugal itu akan membuat MU kembali ke jalur yang benar. Insyaf menghuni 2 besar yang dalam 3 tahun terakhir tidak te...