Biasanya, setiap malam minggu. Ada satu entitas penduduk bumi yang cenderung galau dan mendapatkan bully dari lingkungan sekitar. Entitas itu lazim kita sebut sebagai JOMBLO.
"Aduh! Koq tiba-tiba bahas jomblo sih?"
Tenang saja. Tulisan ini tidak dalam rangka mendiskreditkan jomblo seluruh dunia. Karena untuk apa memberi penghinaan kepada manusia karena nasibnya tak memiliki pasangan (hidup)? Toh hina dan mulianya seorang manusia tidak dilihat dari apakah dia memiliki pasangan atau tidak, memiliki anak atau tidak, perawan atau janda (ups!). Tapi pada kokoh dan tidaknya taat seorang kepada Tuhannya.
![]() |
Jomblo |
Di sekitar tahun 2008, teman saya yang orang bogor cerita soal bagaimana dia dibully habis-habisan. Karena di antara teman seangkatannya praktis hanya dia yang belum menikah. "masa cuma bisa kencing doank sih wan?". Saya yang saat itu juga belum beristri hanya tersenyum kuda, lalu tertawa. Hadowh! Apa yang ngomong begitu belum pernah jomblo?
Ya. Sebagai mantan jomblo, saya menyadari betul berada dalam posisi itu. Demikian pula hal-nya para pem-bully itu. Harusnya khan, kita tidak perlu membalas sindiran dan kata-kata negatif lain yang dulu juga terjadi pada kita. Ibarat senior, dulu dia pernah di-plonco saat menjadi junior. Saat tiba masanya, diapun melakukan ploncoan yang tidak kalah sadisnya kepada orang yang ada di bawahnya. Kenapa? Aneh!
Kita mengutuk aksi peloncoan di beberapa kampus, tapi kita juga melakukan hal yang sama walau dalam kasus yang berbeda. Hipokrit itu namanya.
"eh, saya khan tidak sengaja? Hanya ikut-ikutan"
Ayolah bro! Kalau peloncoaan, bullying, penghinaan, penistaan itu dilakukan berulang-ulang, apa iya tidak sengaja? Kalau kita mengerjalan sesuatu hanya berdasar alasan ikut-ikutan, mau hidup kita hanya terus-terusan menjadi followers? Toh, dalam kehidupan berumah-tangga sekalipun. Kehidupan kita belum tentu menjadi lebih baik daripada mereka yang sedang sendiri.
Coba tengok bagaimana Imam Syafiie. Sosok ulama besar yang kita mengakunya bermazhab dengan mazhabnya beliau. Kurang apa beliau? Beliau memang Jomblo hingga akhir hayatnya. Apakah kita yang menikah ini sudah hafal Al Quran sebagaimana beliau? Apakah kutab-kutab yang beliau karang sudah mampu kita saingin dengan celotehan kita melalui blog ataupun status sosial media?
Belum lagi kalau kita mengenal Abu Hurairah. Beliau jomblo pula. Tapi, beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang telah dijamin masuk surga. Lah kita? Kita masih mengambang antara dua nasib di akhirat nanti. Surga dan Neraka. Kalau ditambah dengan bully-action terhadap para Jomblo, siapa tahu amal itulah yang membuat Allah "menendang" kita ke neraka. Hati-hati.
Sederhananya, kalau kita merasa kasihan dengan teman yang belum memiliki pasangan hidup. Jadilah solusi. Coba carikan dia calon istri/ suami. Hubungkan dengan shalihin dan shalihat yang kita kenal. Bantu "advokasi" saat dia menghadap calon mertua. Jika belum cocok, atau sang calon belum dirasa pas. Jangan menyerah. Karena kalau berhasil, pahalanya besar. Saudara-saudara!
Bagaimana jika gagal? Ah, mungkin itulah upaya yang lebih baik daripada sekadar mem-bully. Atau hanya sekadar memanas-manasi soal malam minggu (bagi orang kebanyakan) dan malam jumat bagi yang sudah berumah tangga.
Welcome to Indonesia gan :(
ReplyDeletekayaknya bully atas jomblo gak hanya terjadi di Indonesia deh. Hehe
Delete