Tahun 2014 dan 2015, saat lagi senang-senangnya menggunakan TAKSI (sebutan untuk angkot di Kalsel) untuk mengantar saya dari Banjarbaru menuju Amuntai atau sebaliknya. Saya terpikir untuk membuat layanan TAKSI dengan menggunakan aplikasi. Karena jujur saja, meski sudah punya langganan yang bisa di booked kursi lalu minta jemput dan antar sesuai keinginan kita. Saya masih merasa, keberadaan TAKSI ini nyaris punah. Dengan menjamurnya mobil pribadi dan kendaraan roda dua, perjalanan banyak supir taksi yang akhirnya banting setir menjual armadanya. Karena setiap hari banyak yang harus nombok biaya bensin karena kurang penumpang.
Sering juga penumpang terlantar selama beberapa jam untuk menunggu penumpang lain baik di terminal Km. 6 atau terminal lain. Parahnya, saya pernah mengalami berganti taksi hingga tiga kail dengan tujuan yang sama. Supir taksi mengaku, modal tidak nutup. Jadi mending di salin ke pengemudi lain yang mempunyai tujuan yang sama. Alhasil, perjalanan Banjarbaru - Amuntai yang biasanya memakan waktu maksimal empat jam bisa molor jadi enam jam. Bahkan sempat, saya mengalami itu lebih dari setengah hari.
Dengan adanya aplikasi, mungkin dalam bayangan saya orang akan lebih mudah untuk tracking di mana Taksi jurusan terentu yang sedang berjalan. Dan Supir Taksi bisa dengan mudah juga tracking berapa jumlah penumpang yang on-hold menggunakan Taksinya.
Dan tidak ujug-ujug, belakangan muncul -lebih tepatnya saya baru tahu- ada layanan ojeg dan taksi yang sudah lebih dulu menggunakan metode ini. Menggunakan Aplikasi untuk memudahkan dan membuat nyaman sebuah layanan transportasi.
Pagi ini, di salah satu Grup KSW (Sharea World) yang saya ikuti dibagikan pengalaman pak Samsul Arifin soal menggunakan Taxi berbasis aplikasi. Berikut kutipannya:
THE NIGHTMARE IS COMING…
(Mimpi Buruk itu telah Datang)
Begitu menyalakan hape ketika tiba di ruang tunggu bagasi executive di Terminal 2F Bandara Soetta, sepulang dari DR #03 Jatim yang berakhir Hari Kamis, 21 April 2016 2 hari yang lalu, saya menerima sms dari nyonya:
“Mas Lula sudah tepar nih.. Mohon maaf, kami tidak bisa menjemput ke bandara”
Spontan saya menelpon nyonya, untuk mengabarkan bahwa saya pulang naik taxi saja.
Sayapun bergegas mengejar Mas Toni yang sudah keluar duluan menuju pangkalan taxi yang berjejer di pintu kedatangan.
“Mas Toni, kita naik taxi berbasis aplikasi saja ya”
Ajakan saya ke Mas Toni sambil menyebutkan nama aplikasi pemesanan taxi yang bisa berbayar tunai.
Mas Toni tampak kebingungan karena beliau sudah mau masuk taxi lambaian tangan dihadapannya.“Kita ke atas saja Mas, gak enak kelihatan sama driver taxi lambaian tangan itu”
Pinta saya ke Mas Toni sambil bergegas ke lantai 2 Keberangkatan.
Di lantai dua yang sudah sepi pada tengah malam itu, setelah saya membuka aplikasinya, memasukkan tempat penjemputan dan tujuan pengantaran. Beberapa saat kemudian sudah terkirim ke hape saya, nomor kendaraan yang akan menjemput beserta nama pengemudinya, lenkap dengen nominal Rupiah yang perlu saya sediakan untuk pembayarannya. Sebentar kemudian pengemudi menelpon saya untuk memastikan pesanan taxi tersebut.
Kami sungguh beruntung, karena kali ini saya medapatkan taxi pribadi yang bersih, wangi dan driver yang terdidik. Beliau seorang engineer pada perusahaan pengembang digital. Berbeda dengan taxi pribadi sebelumnya yang begitu masuk saya mau muntah karena aroma mobil yang jorse ditambah penampilan pengemudinya yang mungkin sudah beberapa lama belum sempat mandi karena sibuk terima orderan. Hehehe..
Lalu.. apa NIGHMARE-nya? Hehehe… Sabar..
Saya mengetik “Taman Yasmin” kediaman Mas Toni sebagai tujuan akhir dari perjalanan kami. Bukan “Bumi Sentosa” alamat rumah saya.Di layar hape saya muncul angka 240 K ongkos yang perlu saya bayar atas pelayanan taxi itu. Ongkos yang murah, selisih Rp 100 ribuan dibanding dengan taxi lambaian tangan. Mas Toni-pun kaget ketika saya menunjukkan angkanya.
“Oh.. segitu? Murah sekali ya…”
Pertanyaan saya kepada sahabat-sahabat semua, pada kondisi normal, Anda pilih yang mana? Ketika mendapatkan manfaat (VALUE) yang sama, perusahaan A menetapkan harga Rp 340 ribu dan perusahaan B menetapkan harga Rp 240 ribu.Pada kondisi normal, saya yakin Anda semua akan memilih menggunakan jasa atau membeli produk perusahaan B kan? Dan benar, memang begutulah kenyataannya. Smart consumer sudah beralih dari perusahaan A ke perusahaan B.Kemarin, Jum’at, 22 April 2016, saya coba menjemput Lula, putri bungsu saya menggunakan taxi lambaian tangan. Sambil menunggu Lula keluar dari sekolahnya, saya bertanya kepada driver taxi berwarna biru tersebut.“Apa yang Bapak rasakan ketika sekarang muncul pemesanan taxi berbasis aplikasi Pak?”
“Iya Pak.. ini saya sudah hampir seharian baru dapat penumpang Bapak saja” Maksudnya saya saja yang baru naik taxinya. Diapun melanjutkan.
“Kalau sebelumnya, di Jakarta setiap sore dari jam 5 sore sampai jam 9 malam, sangat jarang taxi di jalanan yang lampu kap-nya nyala, sekarang sebagian besar nyala Pak”. Nyala maksudny taxi kosong penumpang.
Saya bergumam dalam hati. “Benar-benar mimpi buruk nih”
Sedih juga membayangkan kejadian yang akan menimpa perusahaan taxi lambaian tangan itu, jika mereka tidak melakukan TRANSFORMASI pada bisnisnya.
So..
APA YANG MESTI KITA LAKUKAN UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG SEMAKIN KENCANG MENERPA DUNIA USAHA INI?Alhamdulillaah.. Beberapa bagian dari apa yang mesti dilakukan sudah saya tuliskan pada Majalah myHome edisi Bulan April ini. Silakan Anda menghubungi Mbak Ella atau Mas Indra di KSW.
Selain itu, saya juga Insyaa ALLAAH akan berbagi kepada Anda untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar Anda dan bisnis Anda tetap eksis dan terus berkembang pada situasi apapun, di manapun dan kapanpun.
Ternyata, ada 3 (TIGA) HAL ESENSIAL yang mesti difahami oleh pebisnis dan wajib dilaksanakan di perushaannya agar perusahaannya tidak terlindas perkembangan jaman.
Kemana “Pager” sekarang? Bagaimana dengan Motorolla? BlackBerry? Nokia? Sony?
Yuk... Kita hadir pada TEMU WARGA KSW untuk memahami apa yang terjadi, sehingga Anda bisa melakukan antisipasi. Temu Warga KSW kali ini bertema:"TRANSFORMING OR DYING, TRANSFORMASI PASCA BISNIS TANPA RIBA".
Kita tidak bisa berhenti di sini. Bisnis Tanpa Riba hanyalah sebuah permulaan yang benar. Starting Right from the Beginning.
Temu Warga KSW Insyaa ALLAAH akan kami selenggarakan pada:
- Selasa, 26 April 2016 di Solo Jawa Tengah. Konfirmasi kehadiran, silakan hubungi Mbak Emma 0898-5442-079
- Sabtu, 30 April 2016 di Bogor Jawa Barat. Konfirmasi kehadiran, silakan hubungi Central Admin KSW di 0813-3656-5554
- Insyaa ALLAAH, ketika Anda memahami dan mengaplikasikan 3 (TIGA) HAL ESENSIAL itu, perusahaan Anda akan terus bertahan dan berkembang, kendari di luaran sana ada banyak perubahan yang mengancam bisnis Anda!
Sampai jumpa di Solo atau Bogor.
Wassalaamu ‘alaykum wrwb.
Samsul Arifin
Marbot KSW
Saya edit sedikit susunan paragrafnya biar lebih enak dibaca. Karena tulisan itu dibuat melalui aplikasi whatsapp. Sehingga agak "berantakan". Ya di ujung-ujung mengandung iklan gapapa lah.
Sekarang, kalau melihat ide penggunaan aplikasi pada TAKSI yang saya sebut di atas memang terlihat usang dan terkesan asal tiru ide orang lain. Tidak. Karena memang fakta dan skalabilitasnya berbeda, Insya Allahu kita tidak termasuk dalam kategori pelanggaran hak cipta. Apalagi, basis pengguna dari supirnya sendiri kita gunakan supir yang memang sudah memiliki armada dan izin dari Dinas Perhubungan.
Pastinya, penggunaan Aplikasi ini juga bisa dipakai untuk TAKSI dalam kota yang sekarang sudah jarang kita lihat berseliweran. Manfaatnya sederhana, selain untuk membuat para supir taksi tetap memiliki darah, penumpang yang penuh juga memungkinkan para pemilik warung yang sering disinggahi supir TAKSI mendapatkan efek positif. Selain mengurangi tingkat pencemaran lingkungan karena telalu banyak emisi dari pengguna kendaraan.
Apalagi, kalau kita juga dorong para supir dan pemilik TAKSI itu untuk tidak ugal-ugalan, tidak dan melarang merokok di dalam TAKSI, bersih dan wangi taksinya, pakai ac lagi... wuih.
Ya boleh lah kalau mau dikata ini adalah bagian dari dampak sharing ekonomi yang pembahasannya dipopulerkan Reinald Kasali itu.
So, siapa orang kalsel yang siap nih berkolaborasi? Biar kekinian. Kita bikin startup TAKSI.
Comments
Post a Comment