Skip to main content

Fenomena Pedagang Jumatan



Seperti lazim kita lihat pada sebagian besar masjid di Kalimantan Selatan pada momen salat Jumat berhamburan para pedagang dadakan. Memang tidak semua, namun kondisi ini jamak terjadi. Dan entah siapa yang memberi komando bahwa berdagang di area masjid jadi aktifitas "wajib" setiap pekannya. Umumnya adalah gerobagan penjual pentol goreng, pentol daging, tahu dan aneka jajanan lain. 

Mungkin fenomena ini tidak terjadi di kota dan daerah lain. Entahlah. Karena selama ini saya tidak pernah menemukannya.

pedagang Di depan gerabang masjid
Dalam lebih kurang sebulan terakhir, pasca Ramadan. Para pedagang di masjid Agung Munawwarah -tempat biasanya kami shalat jumat- Banjarbaru sudah tidak lagi meluber di depan pintu gerbang. Sepertinya, pengurus masjid sudah mulai mencoba merangkul pedagang dengan memberikan ruang di salah satu sisi halaman parkir masjid. Kondisi seperti ini tentu memberi kredit tersendiri kepada pengurus masjid agar para pedagang lebih tertib. Entah tertib dalam soal kebersihan ataupun kedisiplinan mereka untuk berjualan hanya pada waktu yang tepat.

\Area khusus pedagang di masjid Munawwarah
Beberapa masjid, memang secara tegas diberlakukan aturan tak tertulis oleh pengurus yang melarang para pedagang aktif berjualan. Banyak alasan yang dikemukakan, khususnya yang berkaitan erat dengan ke-khusyuk-an pelaksanaan ibadah Jumat. 

Baca Juga: Mengatasi Kantuk Berat saat Salat Jumat

Menurut saya, ada beberapa poin kritis yang perlu dilihat dari keberadaan pedagang itu setiap jumatnya.

1. Jadwal Buka dan Tutup Jualan

Ini krusial. Karena di dalam ibadah jumat, bahkan disinggung dalam al quran dan juga hadits, kita tidak boleh beramal lain selain ibadah jumat. Termasuk di dalamnya aktivitas jual beli. Jangakan jual beli, berbicara atau menegur orang bicara saja bisa merusak pahala jumat. Di beberapa masjid "kaum tua" sering tuh dikumandangkan muadzin "waman laghoo falaa jum'atalah...". Sesiapa yang berbuat lagho (sia-sia) maka tiada jumat baginya, begitu kira-kira terjemahan bebasnya.

Di dalam teks wahyu, Allah dijelaskan 

\Surah Al Jumuah: 9


Dalam ayat selanjutnya dijelaskan pula bahwa setelah salat, bertebaran lah di muka bumi untuk mencari penghidupan. Dan ini berarti, kalau sudah selesai salat boleh melakukan apa saja yang berkaitan dengan perniagaan. 

Kondisi seperti ini juga berlaku bukan hanya kepada pedagang. Tapi juga jamaah masjidnya. Sering yang terjadi malah, khatib bahkan sudah khutbah di atas mimbar masih ada saja jamaah yang berjual beli. Tentu akan jadi Pekerjaan Rumah kita semua.

2. Kebersihan Lingkungan Masjid

Sewaktu dulu di masjid kampus, sering saya perhatikan para pedagang ada saja yang nakal. Sehabis berjualan mereka malah pergi tiada jejak lagi dengan menyisakan bekas lidi, bekas tomat, kantong plastik dan lainnya. Ini akan menyisakan pekerjaan tambahan bagi marbot/ pengurus masjid untuk membersihkan remah dagangan itu. 

Beberapa pedagang saya lihat sudah mulai sadar dengan kondisi ini. Sebelum pulang mereka bersihkan sisa-sisa dagangan mereka yang berceceran di tanah, selokan dan tempat di mana saja mereka berjualan.Tentu saja, kewajiban untuk membuat lingkungan masjid bersih dan nyaman bukan hanya tugas pedagang itu saja. Tapi jamaah yang jadi pembeli juga harus memperhatikan.

Saya sendiri, sebagai pribadi sudah mulai membiasakan untuk menyimpan sisa-sisa makan jajanan itu sebelum dibuang ke tempat sampah. Apalagi kalau pas beli pentol goreng. Setiap lidi bisa jadi pengingat, sudah berapa tusuk yang dimakan. Hehehe.

Yang tidak kalah penting soal kebersihan ini adalah soal bagaimana kebersihan pengolahan dan penjualan makanannya. Yang kadang juga tidak kita perhatikan.

3. Makan Sambil Berdiri

Kalau sunnah-nya, kita makan itu duduk. Tidak berdiri. Ini mungkin bisa jadi Pekerjaan rumah para pedagang untuk menyediakan kursi kepada pembeli agar bisa makan sembari duduk. Bahkan, menurut pendapat beberapa ulama makan sambil berdiri itu hukumnya makruh. Soal orang mau baca doa atau tidak, itu tak nampak bagi kita karena bisa dilafalkan di hati. Namun, jika soal berdiri saat makan, itu sangat terlihat.

Makan Sambil Berdiri
Jika sulit juga bagi para pedagang menyediakan kursi, mungkin elok pula pengurus masjid menyediakan tempat duduk di taman parkir. Biar sekalian tempat berteduh. Saya perhatikan, masjid Al baytar di kampus ULM Banjarbaru sudah melakukannya.

4. Transaksi Jelas

Saya tidak mengamati bagaimana orang lain makan di tempat dan kemudian bayar. Tapi berdasarkan pengakuan beberapa pedagang, sering ada saja pembeli yang nakal. Makannya banyak, eh pas bayar koq uangnya tidak sesuai. Makan pentol sepuluh tusuk, bayarnya cuma lima ribu. Saya sendiri kadang merasa terlewatkan untuk menghitung berapa jumlah jajanan yang telah dimakan. Jadinya sebelum membayar, harus mengingat-ingat lagi berapa banyak yang sudah dimakan. 

Ada baiknya, karena orangnya terlalu banyak, transaksi jual belinya dilakukan di awal. Bayar di awal, baru dimakan. Lebih aman. 

5. Antisipasi Kantuk Menyerang

Ini khusus untuk jamaah. Sifat dasarnya, kalau makan apalagi yang memiliki karbohidrat tinggi, rentan sekali mendatangkan kantuk. Oleh karena itu, jika mau makan sebaiknya dilakukan setelah salat jumat. Biar setiap pesan takwa yang disampaikan khatib bisa dicerna dengan konsentrasi. Kalau ketiduran saat khutbah khan sama juga tidak dapat Jumat.

***

Mungkin ada yang ingin menambahkan? Dari pengamatan Al Faqir, mungkin 5 hal tadi yang bisa diperhatikan untuk menjaga kekhusyukan pelaksanaan salat jumat. Jika ingin menambahkan, silakan masukkan di kolom komentar. Sehingga, kita tidak bisa melihat permasalahan pedagang di saat shalat jumat itu sebagai sebuah masalah. Tapi sebagai Fenomena yang jadi solusi bagi pedagang atau bahkan jadi masalah bagi pengurus masjid dan jamaah.

Baca Juga: Mengatasi Kantuk Berat saat Salat Jumat 


***

Fenomena Pedagang Jumatan ini sebenarnya kalau dilihat dari ilmu marketing dan penjualan terlihat sebagai fakta menarik tapi biasa. Karena kehadiran para pedagang ini seperti memberi gula di sarang semut. Mereka berdagang mendekati market yang sangat luas. Bayangkan saja, jika masjid Agung Al Munawwarah ini berjumlah seribu orang, berapa jumlah uang yang berputar di situ?

Ternyata, selain jumatan beberapa pedagang juga sering memanfaatkan momen-momen acara seperti walimah pernikahan, event musik, acara olahraga dan lain-lain. Seperti benar kata pepatah "Dimana Ada Gula, di Situ ada semut". Walau sebenarnya saya, sebagai seorang marketing ingin mengatakan pepatah sebaliknya, 

"Kalau Ingin ada semut, maka sedikanlah GULA"
- HendraMadjid   

Comments

Popular posts from this blog

Gila?

Saat bertemu di halaman rawat inap Puskesmas Alabio, beliau ajak saya ngobrol. Katanya resiko hidup punya banyak kenalan, tiap hari jenguk orang yang sakit. Saat direspon, kayaknya agak roaming gimana gitu... Di sebagian sisi halaman parkir ada ibu-ibu salah satu tetangga ranjang kami memberi isyarat. Beliau menempelkan jari telunjuk di alis. Isyarat yang sudah lama tidak pernah saya lihat. Yang menggambarkan, bahkan orang yang dimaksud sedang "miring", urat syaraf otaknya putus, agak sinting atai setengah gila. Dan benar. Menurut cerita istri, beliau ini terkenal di kampung sebagai orang "gila" yang hebat mengaji. Terlihat dari sepeda motornya yang bersih mengkilat tidak menunjukkan tanda-tanda kegilaan. Setidaknya, saat mendengarkan suara beliau sebelum adzan subuh dikumandangkan. Benar! Beliau mengaji. Dan dalam beberapa kesempatan juga adzan. "Ashsholaatu Khayrum min annawm..." Suara cemprengnya menyeru kami untuk segera bangun dan menuju masji...

TDA Camp Loksado yang Menyisakan Penyesalan

Arsip TDA Camp - Loksado Sesal kemudian memang tiada guna, tapi mau bagaimana lagi. Jika memang sudah itu yang terjadi, semoga bisa jadi pelajaran di kemudian hari. Hal ini pulalah yang masih saya ingat pada moment menjelang akhir tahun lalu di acara TDA Camp. Acara yang memang sudah diagendakan sejak lama itu mengambil tempat di Loksado, Hulu Sungai Selatan - Kalimantan Selatan. Sejak awal keberangkatan pada hari itu sudah berisi penyesalan. Beberapa anggota TDA Banjarmasin yang tidak bisa ikut acara merasa menyesal karena tidak ikut. Pelajaran moral 1: Kalau ada acara piknik, kumpul-kumpul dalam komunitas, upayakan untuk ikuti. Kalau tidak, buat apa gabung komunitas? Trivia: Wisata alam loksado terletak di Desa Loklahung. Dan masih jadi misteri, apa sebenarnya makna dari Loklahung ini. Karena kalau meninjau dari kosakata, Lok Bermakna Teluk. Sedangkah Lahung bisa bermakna buah Layung (sejenis durian), atau bisa juga bermakna pelacur. Berangkat pada 25 Desember di ...

Mourinho Jadi Manajer MU, Welcome Jose.

Tidak tahu saya, apakah harus bergembira hati atau bersedih saat Manajemen Manchester United hari ini resmi menunjuk Jose Mourinho sebagai manajer baru. Bersedih karena bukan Giggs yang jadi Manajer? Tidak suka dengan dia? Absurd. Toh CV Mourinho sebagai pelatih kelas dunia yang menjuarai Liga Champions bersama Porto dan Inter MIlan tidak jelas-jelas harus membuat saya merasa bahagia. Sebagaimana fans-fans MU lainnya yang kadung rindu sejak pertengahan musim lalu.  Ada taggar #welcomeJose yang sekarang sudah beredar yang menandakan secara resmi, Mou jadi Manajer MU. Baca juga:  Mou untuk MU? Soal MU, Goal dan sistem dalam perusahaan Bukankah publik Old Trafford sangat haus akan prestasi. Meski dahaganya sudah terobati dengan hadirnya piala FA yang kembali dijunjung tinggi setelah terakhir pada 2004. Diyakini, bahwa kehadiran pria kebangsaan Portugal itu akan membuat MU kembali ke jalur yang benar. Insyaf menghuni 2 besar yang dalam 3 tahun terakhir tidak te...