Nama yang baik, setidaknya mencirikan apa produk yang dijual oleh perusahaan tertentu.
Mungkin masih lebih mending jika memberi nama toko/ produk sesuai nama pendiri/ Founder usaha itu. Banyak juga yang memberi nama produknya dengan nama anaknya. Meski kata pak Bi, jika produk/ toko tersebut gagal bisa jadi akan membuat malu nama yang bersangkutan yang disematkan di sana.
Kita tentu tidak asing dengan nama Alan yang di Banjarmasin dikenal sebagai toko mainan. Atau dulu Bakso Mas Jon Kelana dan ayam Goreng Pak Edi yang sekarang sudah tidak terdengar lagi kabar berita usahanya. Atau merek yang mendunia seperti Adidas yang merupakan akronim dari nama pendirinya Adolf Dassler.
Sempat terhenyak -lebih tepatnya, tergelitik- melihat nama rumah makan ini. Sekian lama lewat di jalan veteran baru kali ini melihat. Berkah macet mungkin.
Lalu saya mencoba berbincang dengan teman yang menjadi joki sat itu. "Eh, emang Tokyo itu ada di China ya?"
Sambil bersenda dia menimpali, "sudah pindah kali..."
Lha... Kalau sudah pindah, kenapa tidak ada pemberitahuan? Tidak kasih tau saya lagi. Saya kan jadi gak tau... Hehehe
Siapa tahu ada sejarah di balik nama itu yang kami sendiri malas mencari tahu karena memang tidak merasa berkepentingan terhadap informasi itu. Atau, adalah untuk mudah untuk diingat? Entahlah. Mungkin hanya mereka yang bisa menjawab.
Kitabisa(dot)com atau malesbanget (dot)com dan KulirJasaBanjar adalah tiga nama yang saat ini merupakan penggunaan kalimat yang mudah diingat. Menggambarkan produknya? Bisa jadi. Senegatif apapun konotasi yang muncul di benak kita terhadap nama itu.
Bukankah nama tidak jadi masalah jika produknya laku? Benar. Tepat sekali. Jika produk, layanan dan jasanya oke punya, nama bukanlah masalah. Selama asosiasi nama itu dapat melekat kuat di benak pelanggan. Alangkah lebih baik pula jika, nama yg melekat terhadap sebuah produk lebih terkesan profesional tidak asal buat.
Pelajaran inilah yang terus terngiang di kepala. Teringat saat dulu memutuskan untuk membuat Carimakan.id yang nasibnya sekarang dipetieskan. Sembari tadi singgah di warung Hasan yang Mienya enak itu. Eh, tadi juga sepintas melewati janganclain. Eh, ini merk siapa ya?
Mungkin masih lebih mending jika memberi nama toko/ produk sesuai nama pendiri/ Founder usaha itu. Banyak juga yang memberi nama produknya dengan nama anaknya. Meski kata pak Bi, jika produk/ toko tersebut gagal bisa jadi akan membuat malu nama yang bersangkutan yang disematkan di sana.
Kita tentu tidak asing dengan nama Alan yang di Banjarmasin dikenal sebagai toko mainan. Atau dulu Bakso Mas Jon Kelana dan ayam Goreng Pak Edi yang sekarang sudah tidak terdengar lagi kabar berita usahanya. Atau merek yang mendunia seperti Adidas yang merupakan akronim dari nama pendirinya Adolf Dassler.
Sempat terhenyak -lebih tepatnya, tergelitik- melihat nama rumah makan ini. Sekian lama lewat di jalan veteran baru kali ini melihat. Berkah macet mungkin.
Lalu saya mencoba berbincang dengan teman yang menjadi joki sat itu. "Eh, emang Tokyo itu ada di China ya?"
Sambil bersenda dia menimpali, "sudah pindah kali..."
Lha... Kalau sudah pindah, kenapa tidak ada pemberitahuan? Tidak kasih tau saya lagi. Saya kan jadi gak tau... Hehehe
Siapa tahu ada sejarah di balik nama itu yang kami sendiri malas mencari tahu karena memang tidak merasa berkepentingan terhadap informasi itu. Atau, adalah untuk mudah untuk diingat? Entahlah. Mungkin hanya mereka yang bisa menjawab.
Kitabisa(dot)com atau malesbanget (dot)com dan KulirJasaBanjar adalah tiga nama yang saat ini merupakan penggunaan kalimat yang mudah diingat. Menggambarkan produknya? Bisa jadi. Senegatif apapun konotasi yang muncul di benak kita terhadap nama itu.
Bukankah nama tidak jadi masalah jika produknya laku? Benar. Tepat sekali. Jika produk, layanan dan jasanya oke punya, nama bukanlah masalah. Selama asosiasi nama itu dapat melekat kuat di benak pelanggan. Alangkah lebih baik pula jika, nama yg melekat terhadap sebuah produk lebih terkesan profesional tidak asal buat.
Pelajaran inilah yang terus terngiang di kepala. Teringat saat dulu memutuskan untuk membuat Carimakan.id yang nasibnya sekarang dipetieskan. Sembari tadi singgah di warung Hasan yang Mienya enak itu. Eh, tadi juga sepintas melewati janganclain. Eh, ini merk siapa ya?
Comments
Post a Comment