![]() |
Beberapa Foto asli sudah dihapus oleh netizen di akun facebooknya. Sebagai reaksi dari klarifikasi Sari Roti |
Masih segar dalam ingatan saya, di saat Aksi Super Damai pada 2 Desember lalu dan beberapa hari setelahnya banyak sekali yang upload beragam foto dan video suasana Monas dan sekitarnya. Tidak luput pula kejadian-kejadian unik seperti ada yang datang dengan kursi roda, merangkak meski tanpa kaki bahkan ada foto-foto berbau hoax yang mengindikasikan ada lafadz Allah di barisan jamaah. Atau video berupa minuman gratis bermerek tertentu yang telah disuntik dan disinyalir mengandung racun atau apalah namanya.
Yang menarik. Sebagai seorang penjual dan seorang marketer ada dua buah becak bermerek Sari Roti yang ikutan mejeng Dengan tulisan sederhana di karton yang menunjukkan bahwa itu gratis. Memang banyak yang membagikan makanan cuma-cuma atau dibayar pakai doa. Namun, foto yang satu ini Menggelitik saya. Apakah ini adalah inisiatif pribadi pedagang roti tadi ataukah memang pihak Sari Roti yang berbaik hati dan ikut bersimpati memberikan konsumsi gratis kepada peserta aksi.
Tepat pagi ini. Saat membuka newsfeed di Facebook beredar sebuah foto berisi klarifikasi dari pihak Sari Roti. Bahwa mereka secara perusahaan tidak pernah terlibat atau ada hubungannya barang secuilpun dengan aksi 212 tersebut. Lamat-lamat saya amati agar bisa membaca setiap butir klarifikasi itu, sehingga pada poin tertentu tidak berhenti dahi ini berkernyit.
Saya berpikir untuk mengabaikannya. Namun, usai membaca tulisan dari kang Rendy, CEO Keke Busana serasa saya dapat "hidayah" untuk menulis juga.
Lho? Bukankah seharusnya pihak Sari Roti bersyukur karena foto-foto yang tersebar secara viral tersebut secara tidak langsung (diakui atau tidak) membantu memperkenalkan dan menjadikan Sari Roti lebih melekat brand-nya di benak konsumen? Dan itu gratis. Mereka tidak dibayar untuk membagikan foto.
Saya sendiri yang berandai-andai produk saya ada di situ, mungkin akan melakukan tindakan sadar berpromosi di sana. Meskipun, orang seperti Mas Mono yang juga punya produk makanan tidak pernah secara langsung memfoto produknya yang dibagikan gratis karena memang kehadiran beliau di sana sepertinya memang dalam rangka dukungan terhadap fatwa MUI soal penangkapan penista agama. Sayapun rasanya tidak tega memanfaatkan momen "sakral" tersebut. Apalagi, produk yang saya jual adalah tanah kavling. Bisa saja kan saya hadir di sana lalu memakai kaos berlogo ataupun berbau promosi produk. Tapi itu tidak elok. Tidak etis. Walaupun sah.
Seandainya saja. Poin yang berupa penegasan bahwa Sari Roti berseberangan dengan pandangan peserta aksi bahkan terkesan -seolah-olah- menegasikan acara tersebut sebagai bentuk "penggembosan" terhadap persatuan dan kebhinekaan. Yang menurut mereka sarat dengan aroma politik. Coba perhatikan poin kedua dan ketiga.
Karena seperti yang jamak kita ketahui, aksi tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan politik, apalagi mengancam persatuan dan kebhinekaan termasuk upaya makar yang pagi sebelum aksi sudah ada berita penangkapan beberapa tokoh yang diduga makar.
Dari pantauan saya, siang hingga sore ini. Banyak pihak yang akhirnya merasa kecewa dengan Sari Roti dan menyebut tidak akan lagi membeli produk-produk yang ada kaitannya dengan merek Sari Roti. Meski tidak semua peserta aksi suka makan roti, tidak semua membeli sari roti, dan tidak semua mengakses media sosial, tapi setidak-tidaknya mereka akan kehilangan pasar potensial sejumlah tujuh juta lebih manusia (berdasar hitungan dan klaim beberapa pihak) untuk membeli Sari Roti.
Saya. Termasuk jarang membeli produk itu. Namun secara tidak sadar, saya sebelumnya jadi berfikir kalau mau beli roti, ya beli Sari Roti. Usai menyimak foto-foto aksi yang terekam di media sosial itu. Walau semakin ke sini, klarifikasi itu menjadi barrier bagi saya untuk mempertimbangkan apakah akan membeli merek itu ataukah tidak di masa yang akan datang. Nyatanya, banyak orang yang akhirnya merasa "eneg" untuk beli Sari Roti karena barriernya tebal sekali.
Menurut hemat saya. Sebaiknya klarifikasi sederhana berupa bahwa mereka tidak mensponsori acara itu sudah cukup. Sembari mengapresiasi kepada pembeli yang telah menyumbangkan Sari Roti kepada peserta aksi. Apresiasi sebagai bentuk kepercayaan terhadap produk mereka. Jika tidak. Inilah blunder yang bisa jadi menurunkan angka penjualan Sari Roti.
Seorang kawan dari Kalsel Telematika dan Founder Netsindo, Andi Riza menyebut di akun facebooknya: "menarik untuk di simak. Berapa jumlah penurunan jumlah penjualan Sari Roti setelah insiden ini".
![]() |
Komentar Seorang Netizen Soal Sari Roti |
Ya. Jumlah yang membuat saya juga penasaran. Apakah blunder ini menurunkan market share mereka ataukah tidak. Kita tentu tidak bisa mengakses data penjualan dan market share mereka karena Sari Roti lah yang lebih tahu apakah dalam sebulan, dua bulan atau bahkan setahun berapa penurunan yang mereka alami setelah blunder Klarifikasi itu.
Cara yang sederhana untuk mengetahuinya mungkin selama beberapa hari ke depan dengan datang ke Alfamart atau Indomaret terdekat. Tanya kepada mereka bagaimana penjualan Sari Roti dalam beberapa hari terakhir. Kalau banyak retur, berati ini indikasi. Terjadi penurunan daya beli terhadap produk Sari Roti.
Penasaran saya. Sepenasarannya saya dengan jumlah user Grab di Indonesia yang usai aksi 4 November juga melakukan blunder melalui akun Twitter mereka. Karena ada seruan uninstall di beberapa media sosial dan grup chat.
Saat ini. Jika berkaca dengan pesatnya arus informasi melalui media sosial. Kita harus mengaminkan apa yang disebut oleh pak Subiakto soal pelanggan. Menurut beliau, jika dulu pelanggan adalah raja. Sekarang pelanggan adalah Brand Ambasador. Sekali kita buat kecewa pelanggan, dalam hitungan detik mereka bisa bicara melalui media sosial yang mereka miliki. Dalam hitungan menit, semua bisa tersebar ke teman orang-orang yang terhubung. Sebuah kenyataan yang harus disadari oleh Sari Roti, Uber atau Metro Tivi (yang hari ini juga trending topik) dan merek-merek lain untuk berpikir ratusan kali untuk berkomunikasi dengan khalayak.
Meskipun. Kadang statement apapun yang kita keluarkan tidak bisa membuat semua orang senang. Jika manajemen dan investor Sari Roti tidak senang, sebaiknya janganlah membuat senang mereka dengan membuka keran kebencian pasar terhadap produk mereka. Mungkin pengumuman sederhana itu terkesan biasa saja. Namun, persepsi yang muncul di benak seorang konsumen bisa menjadi persepsi orang banyak jika disebarkan. Dan begilah adanya. Setiap aksi pasti akan mengundang reaksi
Reaksi Netizen di salah satu status Kang Rendy Soal Klarifikasi Sari Roti |
Comments
Post a Comment