Ada sebuah bidang keilmuan, namanya forensik linguistik. Ilmu ini pernah digunakan untuk mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Criss Coleman terhadap istri dan anaknya pada tahun 2009.
Coleman ditangkap setelah diketahui secara pasti, bahwa dialah yang mengirimkan email berupa ancaman kepada dirinya sendiri. Yang berisi ancaman terhadap istri dan anaknya. Selain beberapa bukti dan deduksi lain yang memberatkannya. Ternyata cara menulis dan gaya bahasanya lah yang menjadi titik terang para penyidik untuk menahannya.
Anda bisa bayangkan, Coleman sering mengetik "dont'" tidak dengan "don't'" atau kata "wold'nt" dengan tulisan "wouldnt'" dan itu mampu dianalisa oleh forensik linguistik.
Belakangan muncul fake chat dengan skrinsut WhatsApp seseorang tertentu melakukan chat dengan dirinya lalu skrinsut tersebut lalu disebar dan menjadi viral. Menjadi fitnah bagi sebagian tertentu. Padahal, dengan forensik linguistik, seorang ahli dapat mengidentifikasi apakah itu chat dua arah antara dua orang berbeda ataukah hanya dilakukan seorang diri. Agar terkesan, misalnya, memiliki nomer dan berbincang dengan orang tertentu.
Jauh sebelum ini, seorang kawan dengan nada bercanda menunjukkan kepada saya. Tentang bagaimana caranya "hacking" status Facebook seseorang atau manipulasi headline sebuah berita media online hanya bermodal inspeksi halaman. Saya kemudian mengerti caranya dan merasa wajar jika ada berita-berita atau status "kurang ajar" tokoh tertentu yang diblowup skrinsutnya tanpa menyertakan link.
Saya sadar. Bahwa modal skrinsut saja ternyata tidak cukup untuk menjadi bukti bahwa sebuah berita, status, opini dan lain sebagainya adalah benar. Kita, sebagai makhluk beradab, harus melakukan beberapa pengecekan silang untuk memastikan kabar yang berlalu lalang di media sosial itu valid.
Apalagi, jika kemudian melibatkan forensik linguistik. KIta bisa koq mengamati beberapa tulisan seseorang dan menyimpulkan skrinsut, chat, inbox dan lain sebagainya yang disebarkan orang lain sebagai palsu. Hoax, atau penipuan. Simpel. Walaupun pada praktiknya tidak bisa dilakukan oleh pemula dalam waktu singkat.
Kawan sekalian, yang rajin membaca tulisan saya, pastilah gampang mengenali gaya saya menulis. Typo saya, atau bahkan kesalahan pengejaan dan penggunaan kata serapan keliru yang saya lakukan.
Bahkan sebenarnya. Lebih jauh lagi. Dengan membaca tulisan seseorang, kita bisa sedikit mengerti bagaimana karakter seseorang. Karena sedikit banyak, seorang penulis pasti melibatkan sisi emosional dalam dirinya dalam penulisan artikel bebas, essai ataupun tulisan lepas sekali jadi.
Saya bisa menilai. Ada seorang teman yang menyerukan untuk tidak Baper, tapi dia sendiri sering Baper. Barangkali, dia sedang menasehati dirinya sendiri. Karena itu bisa terbaca dari tulisannya.
Atau ada orang yang menganggap remeh orang lain yang menilai suatu pendapat tertentu dengan ukuran pribadinya. Padahal, dia juga sedang melakukan hal yang sama.
Atau, betapa lucunya kita saksikan. Ada orang yang menulis agar kita tidak perlu memaksakan pendapat pada orang lain, tapi diwaktu yang sama dia sedang memaksa orang lain sependapat dengannya.
Dan di era media sosial ini. Salah satu cara ampuh untuk mengenal seseorang adalah melalui tulisannya. Selain tentu bertemu langsung di jalur kopi darat. Sehingga, saya memilih jalur ini. Untuk berkomunikasi pada dunia. Soal beginilah saya.
Saya sendiri. Tidak pernah risau jika ada yang mengkopi tulisan saya tanpa mencantumkan sumber (baik blog Hendramadjid.com ataupun akun personal medsos saya). Yang terpenting buat saya adalah, pesan yang saya tulis tersampaikan.
Jikalau tidak semua orang mau membaca tulisan saya secara tuntas. Itu tidak mengapa. Siapa tahu, inilah jurnal yang akan saya baca, 10 tahun mendatang. Dan bisa jadi, saya sendiri akan terpingkal saat membacanya.
Apalagi. Kalau membaca tulisan saya yang didalamnya terselip jualan tanah kavling dan perumahan. Yang beberapa orang merasa menyesal telah membaca dan membagikan ulang tulisan ini seperti ini.
Hehehe.
***
Di luar hujan, tulisan ini sedikit berantakan strukturnya. Karena dibuat sekali jadi, tanpa edit. Mohon koreksi kalau ada kesalahan penulisan nama dan data.
Banjarbaru 020217
Salam kedinginan,
Hendra Abutsman
Coleman ditangkap setelah diketahui secara pasti, bahwa dialah yang mengirimkan email berupa ancaman kepada dirinya sendiri. Yang berisi ancaman terhadap istri dan anaknya. Selain beberapa bukti dan deduksi lain yang memberatkannya. Ternyata cara menulis dan gaya bahasanya lah yang menjadi titik terang para penyidik untuk menahannya.
Anda bisa bayangkan, Coleman sering mengetik "dont'" tidak dengan "don't'" atau kata "wold'nt" dengan tulisan "wouldnt'" dan itu mampu dianalisa oleh forensik linguistik.
Belakangan muncul fake chat dengan skrinsut WhatsApp seseorang tertentu melakukan chat dengan dirinya lalu skrinsut tersebut lalu disebar dan menjadi viral. Menjadi fitnah bagi sebagian tertentu. Padahal, dengan forensik linguistik, seorang ahli dapat mengidentifikasi apakah itu chat dua arah antara dua orang berbeda ataukah hanya dilakukan seorang diri. Agar terkesan, misalnya, memiliki nomer dan berbincang dengan orang tertentu.
Jauh sebelum ini, seorang kawan dengan nada bercanda menunjukkan kepada saya. Tentang bagaimana caranya "hacking" status Facebook seseorang atau manipulasi headline sebuah berita media online hanya bermodal inspeksi halaman. Saya kemudian mengerti caranya dan merasa wajar jika ada berita-berita atau status "kurang ajar" tokoh tertentu yang diblowup skrinsutnya tanpa menyertakan link.
Saya sadar. Bahwa modal skrinsut saja ternyata tidak cukup untuk menjadi bukti bahwa sebuah berita, status, opini dan lain sebagainya adalah benar. Kita, sebagai makhluk beradab, harus melakukan beberapa pengecekan silang untuk memastikan kabar yang berlalu lalang di media sosial itu valid.
Apalagi, jika kemudian melibatkan forensik linguistik. KIta bisa koq mengamati beberapa tulisan seseorang dan menyimpulkan skrinsut, chat, inbox dan lain sebagainya yang disebarkan orang lain sebagai palsu. Hoax, atau penipuan. Simpel. Walaupun pada praktiknya tidak bisa dilakukan oleh pemula dalam waktu singkat.
Kawan sekalian, yang rajin membaca tulisan saya, pastilah gampang mengenali gaya saya menulis. Typo saya, atau bahkan kesalahan pengejaan dan penggunaan kata serapan keliru yang saya lakukan.
Bahkan sebenarnya. Lebih jauh lagi. Dengan membaca tulisan seseorang, kita bisa sedikit mengerti bagaimana karakter seseorang. Karena sedikit banyak, seorang penulis pasti melibatkan sisi emosional dalam dirinya dalam penulisan artikel bebas, essai ataupun tulisan lepas sekali jadi.
Saya bisa menilai. Ada seorang teman yang menyerukan untuk tidak Baper, tapi dia sendiri sering Baper. Barangkali, dia sedang menasehati dirinya sendiri. Karena itu bisa terbaca dari tulisannya.
Atau ada orang yang menganggap remeh orang lain yang menilai suatu pendapat tertentu dengan ukuran pribadinya. Padahal, dia juga sedang melakukan hal yang sama.
Atau, betapa lucunya kita saksikan. Ada orang yang menulis agar kita tidak perlu memaksakan pendapat pada orang lain, tapi diwaktu yang sama dia sedang memaksa orang lain sependapat dengannya.
Dan di era media sosial ini. Salah satu cara ampuh untuk mengenal seseorang adalah melalui tulisannya. Selain tentu bertemu langsung di jalur kopi darat. Sehingga, saya memilih jalur ini. Untuk berkomunikasi pada dunia. Soal beginilah saya.
Saya sendiri. Tidak pernah risau jika ada yang mengkopi tulisan saya tanpa mencantumkan sumber (baik blog Hendramadjid.com ataupun akun personal medsos saya). Yang terpenting buat saya adalah, pesan yang saya tulis tersampaikan.
Jikalau tidak semua orang mau membaca tulisan saya secara tuntas. Itu tidak mengapa. Siapa tahu, inilah jurnal yang akan saya baca, 10 tahun mendatang. Dan bisa jadi, saya sendiri akan terpingkal saat membacanya.
Apalagi. Kalau membaca tulisan saya yang didalamnya terselip jualan tanah kavling dan perumahan. Yang beberapa orang merasa menyesal telah membaca dan membagikan ulang tulisan ini seperti ini.
Hehehe.
***
Di luar hujan, tulisan ini sedikit berantakan strukturnya. Karena dibuat sekali jadi, tanpa edit. Mohon koreksi kalau ada kesalahan penulisan nama dan data.
Banjarbaru 020217
Salam kedinginan,
Hendra Abutsman
forensik linguistik, berarti ini berhubungan lwan deteksi bahasa lah, sempat lun kira tadi sama lwan ilmu grafologi yang fungsinya melihat kepribadian dari pola tulisan tangan
ReplyDelete