Tak Ada Yang Bisa Menghapus Sejarah
Kemenangannya tahun lalu bak cerita dongeng saja. Maklum, target menghindari zona Degradasi saja ternyata berbuah piala sebagai kampiun Liga Premier Inggris. Pelatih yang dijuluki The Tinkerman itu, setelah sembilan bulan musim ini dipecat oleh manajemen Leicester. Karena tak kunjung bisa mengangkat performa tim yang hanya berjarak satu poin sama di zona degradasi.
Walaupun pencapaiannya musim ini tidak bisa dibilang jelek-jelek amat. Karena di Champions League, masih ada asa untuk menembus babak selanjutnya meskipun kalah 2-1 di kandang lawan. Di mana ini merupakan kompetisi tertinggi Eropa pertama bagi Leicester.
Namun, seperti banyak kasus lainnya, tidak semua orang bisa kita puaskan. Tidak semua orang kita bisa paksa untuk suka dan setuju kepada kita. PHK terhadap Claudio Ranieri tak dapat terelakkan.
Satu pesan Jose Mourinho kepada Ranieri, "Tak ada yang bisa menghapus sejarah". Karena biar bagaimanapun ditutupi, sejarah akan tetap tercatat. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun kenangan yang terpatri kuat di dalam hati.
Saya bukan penggemar Leicester di Liga Inggris. Namun, saya angkat topi pada pencapaian mereka di musim lalu. Musim ini barangkali semacam shock therapy nan ujian "mental juara" para pemain Leicester. Karena mempertahankan gelar juara, jauh lebih sulit dibanding mendapatkannya.
Seperti mudahnya orang membuka bisnis, namun tidak semua bisa dengan tanpa hambatan mempertahankan dan menumbuh kembangkan bisnisnya jadi lebih besar. Karena selalu ada badai yang lebih kuat, saat kapal makin jauh berlayar.
Seperti Claudio Ranieri, yang telah menghabiskan jatah gagalnya karena tak pernah jadi juara. Dia membuktikan, bahwa menjadi juara bisa dengan segala cara. Meskipun, kau harus berhadapan dengan raksasa. Karena kecilnya tubuh David, tak berarti mudah ditaklukkan oleh Goliath.
Molte Grazie Claudio. Kamu menginspirasi kami.
Kemenangannya tahun lalu bak cerita dongeng saja. Maklum, target menghindari zona Degradasi saja ternyata berbuah piala sebagai kampiun Liga Premier Inggris. Pelatih yang dijuluki The Tinkerman itu, setelah sembilan bulan musim ini dipecat oleh manajemen Leicester. Karena tak kunjung bisa mengangkat performa tim yang hanya berjarak satu poin sama di zona degradasi.
Walaupun pencapaiannya musim ini tidak bisa dibilang jelek-jelek amat. Karena di Champions League, masih ada asa untuk menembus babak selanjutnya meskipun kalah 2-1 di kandang lawan. Di mana ini merupakan kompetisi tertinggi Eropa pertama bagi Leicester.
Namun, seperti banyak kasus lainnya, tidak semua orang bisa kita puaskan. Tidak semua orang kita bisa paksa untuk suka dan setuju kepada kita. PHK terhadap Claudio Ranieri tak dapat terelakkan.
Satu pesan Jose Mourinho kepada Ranieri, "Tak ada yang bisa menghapus sejarah". Karena biar bagaimanapun ditutupi, sejarah akan tetap tercatat. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, namun kenangan yang terpatri kuat di dalam hati.
Saya bukan penggemar Leicester di Liga Inggris. Namun, saya angkat topi pada pencapaian mereka di musim lalu. Musim ini barangkali semacam shock therapy nan ujian "mental juara" para pemain Leicester. Karena mempertahankan gelar juara, jauh lebih sulit dibanding mendapatkannya.
Seperti mudahnya orang membuka bisnis, namun tidak semua bisa dengan tanpa hambatan mempertahankan dan menumbuh kembangkan bisnisnya jadi lebih besar. Karena selalu ada badai yang lebih kuat, saat kapal makin jauh berlayar.
Seperti Claudio Ranieri, yang telah menghabiskan jatah gagalnya karena tak pernah jadi juara. Dia membuktikan, bahwa menjadi juara bisa dengan segala cara. Meskipun, kau harus berhadapan dengan raksasa. Karena kecilnya tubuh David, tak berarti mudah ditaklukkan oleh Goliath.
Molte Grazie Claudio. Kamu menginspirasi kami.
Comments
Post a Comment