Skip to main content

Posts

Pilih Rumah, Pilih Tetangga

Adalah benar jika setiap orang berhak untuk mendengar, melihat dan melakukan apapun yang dia mau. Namun tentu tidak semua yang kita dengar, lihat dan lakukan bisa diterima oleh setiap orang. Sebut saja Budi, bukan nama sebenarnya (dan tentu bukan Budi Saputera, teman saya yang penulis itu) sudah dua kali menegur tetangga yang membunyikan musik terlampau kencang. Terlebih lagi, musik yang diperdengarkan adalah musik bernada house  yang tidak terlalu bersahabat di telinga Budi. Sekali-dua kali tentu itu tidak menjadi masalah buat Budi. Namun, Budi yang memiliki bayi di rumahnya tentu tidak akan membiarkan musik mabok  itu mencemari otak anaknya yang sedang berkembang. Pertama, Budi menegur dengan baik. Menyampaikan kepada orang tua tetangga yang ternyata seorang guru. "Bu... minta tolong agar musiknya dicekilkan.... Kasian anak saya. Perkembangan otaknya tidak bagus jika mendengar musik semacam itu". Si Ibu, tetangga itu langsung menghardik anaknya agar segera menghe...

Hujan Lagi, Rahmat Lagi

Sudah jam 10.  Kawan-kawan belum juga datang ke kantor. Kantor jadi sepi seperti kamis pekan lalu saat hujan lebat-lebatnya dari tengah malam hingga tengah hari. Beruntungnya, hari ini hujan baru dimulai menjelang sholat subuh hingga tulisan ini dibuat. Sehingga tidak ada kabar tenggelamnya beberapa ruas jalan utama seperti kamis pekan lalu. Kamis lalu, daerah Kemuning, Loktabat, Trikora dan Cempaka Banjarbaru terendam. Kabarnya memang karena sistem drainase kota Banjarbaru yang tidak sanggup menahan volume air sebanyak itu. Kalau boleh dibilang, khusus untuk daerah trikora yang terkategori daerah baru, pemerintah gagal melakukan perencanaan tata kota. Bagaimana tidak gagal? Jalan dibikin lebar-lebar tapi tidak dibuat sistem pembuangan air di samping jalan. Harusnya khan, masalah semacam ini tidak terlau terjadi kalau perencanaan tata kotanya betul dan bagus. Tapi sudahlah. Aku bukan orang yang terlalu pinter juga soal masalah tata kota. Apalagi, sekelas Citra Land ...

YKS, Yuk Kita (...)

Menyimak Trans TV, menjelang tengah malam waktu sini kita disuguhi tayangan Yuk Keep Smile (YKS) . Tayangan ini sebelumnya bertajuk Yuk Kita Sahur yang tayang selama waktu sahur. Acara berisi game-game dan tentu ada suguhan musik yang diiringi dengan goyang Caisar . Dan semakin ke sini, Yuk Keep Smile makin banyak menghadirkan acara goyang bergoyang. Mulai dari Goyang Bang Jali, Goyang Kereta Malam, Oplosan dan lain-lain yang aku tidak paham apa judulnya.

Mengatasi Kantuk Berat, Saat Shalat Jumat

Beberapa waktu lalu, ada diskusi kecil di akun Facebook Abay Abu Hamzah , teman aku ustadz dan penulis buku itu. Soal salah siapa kalau jamaah sholat Jumat sering mengantuk saat khutbah Jumat. Aku termasuk orang yang ikut berkomentar. Tapi, rasa-rasanya komentar itu belum lengkap dan perlu ada revisi. Dan muncullah tulisan ini.

UNTUK, Wadai Banjar

Beberapa bagian dari suku banjar menyebut UNTUK sebagai ONTOK. Maksudnya saja, sebuah kue yang terbuat dari tepung berisi kacang hijau atau pisang. Mirip onde-onde, tapi UNTUK terbuat dari tepung terigu dan tidak memakai biji wijen. Wadai, atau kue penganan khas banjar ini cukup untuk mengganjal perut. Biasa disantap saat pagi bersama kopi sebelum orang-orang banjar berangkat ke sawah. Namun belakangan, wadai UNTUK juga disantap sebagai camilan dan berisi daging ayam dan abon pula.. Pokoknya mantap lah... Nah. Tadi malam, beberapa kru dari Djago Kavling berkesempatan menyambangi pasar yang terletak tidak jauh dari kantor. Pasar Karang Rejo ini benar-benar padat. Terlihat dari parkir sepeda motor yang meluber hingga ke luar. Sebagian besar pedagang yang memenuhi pasar ini ternyata orang jawa. Mereka berdiaspora dengan penduduk asli dan seolah telah menyatu. Dapat dilihat dari cara bertutur mereka yang telah banyak menggunakan kata sandang -ai di setiap percakapan. "payu-ai su...

"sampah" Informasi

Sore-sore begini ada waktu luang untuk menulis. Payahnya, tulisan yang sudah diancang-ancang mau ditulis tiba-tiba hilang dari kepala. Bablas! Salah sendiri kenapa tak dicatat dalam bentuk outner atau catatan-catatan kecil. Biasanya, jika penulis kaliber dewa gampang saja mengatasi hal ini. Karena saat mereka memegang ball point ataupun keyboard, inspirasipun mengalir deras. Seolah layar dan kertas memanggil-manggil agar memori itu kembali dalam bentuk tulisan. *** Beberapa hari lalu nonton pertandingan Tinju di GOR Rudi Resnawan Banjarbaru. Pertandingan dalam rangka Porprov Kalsel. Belum pernah nonton adu jotos langsung, kerasa banget yealing penonton lain bikin kami juga terpengaruh buat teriak-teriak memberi semangat. Tidak jelas mendukung yang mana. Kadang sudut merah, kadang sudut biru. Di tengah-tegah pertandingan, salah satu rekan kemudian berkomentar " harat jualah yang hijau... ". Artinya kurang lebih begini: " Hebat juga yang hijau ". Ak...

Menang Itu Pilihan

ini adalah tulisan lama yang sempat saya posting di sini. Boleh dibaca dan diberi komentar. Berikut tulisannya: Ujian itu PASTI, Menang adalah PILIHAN Malam itu masih ada sekitar 69 SMS gratis yang disediakan provider komunikasi yang aku pakai. Agar lebih bermanfaat, beberapa sms basa-basi (yang ternyata juga penting, meski Cuma menanyakan kabar) dicampur dengan permintaan taushiyah kepada mereka. Hanya 3 sampai 4 orang saja yang membalas, wajar karena sudah terlalu larut untuk ber-sms(an). Namun, Beberapa kawan mengirimkan balasan, begitu juga dengan beberapa ustadz.  “Ujian itu pasti dan menang adalah pilihan, ...” adalah salah satu balasan itu. Sms ini masih ada sambungannya. Isinya sebagian besar adalah taushiyah beliau kepada saya, tapi kalimat yang paling berkesan dan menurut saya sangat inspiratif sekali adalah kalimat itu. Sayapun meminta izin kepada beliau untuk menyatir-nya dalam sebuah essa i . Ya... ternyata beliaupun mengizinkan. Tahulah kita apa...