Skip to main content

Posts

UNTUK, Wadai Banjar

Beberapa bagian dari suku banjar menyebut UNTUK sebagai ONTOK. Maksudnya saja, sebuah kue yang terbuat dari tepung berisi kacang hijau atau pisang. Mirip onde-onde, tapi UNTUK terbuat dari tepung terigu dan tidak memakai biji wijen. Wadai, atau kue penganan khas banjar ini cukup untuk mengganjal perut. Biasa disantap saat pagi bersama kopi sebelum orang-orang banjar berangkat ke sawah. Namun belakangan, wadai UNTUK juga disantap sebagai camilan dan berisi daging ayam dan abon pula.. Pokoknya mantap lah... Nah. Tadi malam, beberapa kru dari Djago Kavling berkesempatan menyambangi pasar yang terletak tidak jauh dari kantor. Pasar Karang Rejo ini benar-benar padat. Terlihat dari parkir sepeda motor yang meluber hingga ke luar. Sebagian besar pedagang yang memenuhi pasar ini ternyata orang jawa. Mereka berdiaspora dengan penduduk asli dan seolah telah menyatu. Dapat dilihat dari cara bertutur mereka yang telah banyak menggunakan kata sandang -ai di setiap percakapan. "payu-ai su...

"sampah" Informasi

Sore-sore begini ada waktu luang untuk menulis. Payahnya, tulisan yang sudah diancang-ancang mau ditulis tiba-tiba hilang dari kepala. Bablas! Salah sendiri kenapa tak dicatat dalam bentuk outner atau catatan-catatan kecil. Biasanya, jika penulis kaliber dewa gampang saja mengatasi hal ini. Karena saat mereka memegang ball point ataupun keyboard, inspirasipun mengalir deras. Seolah layar dan kertas memanggil-manggil agar memori itu kembali dalam bentuk tulisan. *** Beberapa hari lalu nonton pertandingan Tinju di GOR Rudi Resnawan Banjarbaru. Pertandingan dalam rangka Porprov Kalsel. Belum pernah nonton adu jotos langsung, kerasa banget yealing penonton lain bikin kami juga terpengaruh buat teriak-teriak memberi semangat. Tidak jelas mendukung yang mana. Kadang sudut merah, kadang sudut biru. Di tengah-tegah pertandingan, salah satu rekan kemudian berkomentar " harat jualah yang hijau... ". Artinya kurang lebih begini: " Hebat juga yang hijau ". Ak...

Menang Itu Pilihan

ini adalah tulisan lama yang sempat saya posting di sini. Boleh dibaca dan diberi komentar. Berikut tulisannya: Ujian itu PASTI, Menang adalah PILIHAN Malam itu masih ada sekitar 69 SMS gratis yang disediakan provider komunikasi yang aku pakai. Agar lebih bermanfaat, beberapa sms basa-basi (yang ternyata juga penting, meski Cuma menanyakan kabar) dicampur dengan permintaan taushiyah kepada mereka. Hanya 3 sampai 4 orang saja yang membalas, wajar karena sudah terlalu larut untuk ber-sms(an). Namun, Beberapa kawan mengirimkan balasan, begitu juga dengan beberapa ustadz.  “Ujian itu pasti dan menang adalah pilihan, ...” adalah salah satu balasan itu. Sms ini masih ada sambungannya. Isinya sebagian besar adalah taushiyah beliau kepada saya, tapi kalimat yang paling berkesan dan menurut saya sangat inspiratif sekali adalah kalimat itu. Sayapun meminta izin kepada beliau untuk menyatir-nya dalam sebuah essa i . Ya... ternyata beliaupun mengizinkan. Tahulah kita apa...

Nyawa Seratus

Ini adalah tulisan yang saya post di akun FB Hendra Madjid dan kemudian saya post juga diblog yang lain. Semoga menjadi inspirasi, bagi yang sudah baca, bisa dibantu untuk membagikan. Terima kasih *** Nyawa Seratus Oleh: Hendra Madjid Ilustrasi uang Rp 100,- Beberapa waktu yang lalu saat berdiskusi dengan ustadz Abay, beliau bercerita tetang sebuah cerita yang menurut saya inspiratif. Walau sumber cerita asli (katanya nyata) tidak dapat saya temukan,saya yakin gubahan cerita ke dalam kondisi keindonesiaan bisa memberi pelajaran kepada kita semua. Cerita berawal ketika seorang pemuda miskin yang berupaya mencari nafkah untuk dia dan keluarganya. Pagi itu dia berangkat untuk mengerjakan apapun yang bisa menghasilkan uang. Dalam perjalanan, dia tanpa sengaja dia menemukan koin Rp 100,- (dalam cerita asli 10 sen). Saat ini koin seratus rupiah tak bernilai apa-apa. Bahkan tidak bisa untuk membeli sebiji permen (di tempat saya permen 3 buah = Rp 500,-). S...

Arogansi Operator SPBU

Sebenarnya, kalau sudah lebih dari sepekan tidak menulis sesuatu di blog rasanya seperti makin buntu. Oleh karena itu, sering aku gunakan metode memaksakan diri agar ide tetap mengalir seperti air. Dan benar kawan, setelah tuntas sebuah kalimat, ide itu datang kembali bermunculan. Koq bisa? Ilustrasi: Sebel us (dalam persfektif hati penulis), perjalanan jadi lebih mudah. Berkendara tanpa lampu utama tentu tidak akan bagus untuk perjalanan dalam kondisi hujan atau saat matahari sudah tenggelam. Seperti inilah perjalanan yang aku inginkan. Sembari menyetel MP3 di salah satu handphone yang aku bawa, rasanya hanya perlu waktu 3,5 jam untuk sampai rumah. Melewati Martapura, memasuki Matraman hingga sampai daerah Sungkai (kab. Banjar) speedometer mengkhabarkan bahwa bensin sudah mulai sekarat. Oke... Aku beri kau jatah untuk minum. Karena antrian tidak terlalu panjang, aku mampir di salah satu SPBU. Biasanya, kalau sedang penuh antrian (dengan para pelangsir) pasti akan dilewati ...

Mari Membangun Cinta

Hari ini adalah hari kedua sejak kantor kami resmi pindah ke ruko di belakang Lapangan Brimob. Usai membuka pintu, ngabsen (presensi), taruh tas langsung buka laptop langsung blogging. Hohoho, nampaknya semangat menulisku lagi. Setidaknya selama seminggu ini. Berhubung koneksi internet juga terbilang lumayan. ilustrasi: Fall in love Asiknya, sidang pembaca yang budiman sambil mendengar Sandy Sandoro

Taksi Mabok

Harapanku ketika melalui empat jam perjalanan pakai taksi (sebutan semacam travel atau angkutan luar kota di sini) adalah terlelap tidur setelah seharian bekerja di kantor. Sungguh, hari ini supir taksi jurusan Amuntai ini TERLALU. Dia menyalakan dangdut koplo dengan volume ektra kencang. Memasang head set dan menyetel lagu kegemaran tidaklah mempan untuk menangkalnya. Finally , sepanjang perjalanan rasanya seperti kantuk yang menggantung.  Ilustrasi: Angkot Pada kasus-kasus seperti ini, termasuk “bau” adalah