Skip to main content

Posts

Iwan, Nasabah yang menginspirasi

Sore ini sudah punya janji dengan seorang nasabah. Untuk mengantar Perjanjian Jual Beli ke rumahnya di bilangan Lingkar Selatan, Liang Anggang. Namun, sepertinya harus ngaret hingga menjelang pukul enam sore. Padahal janjinya selepas shalat ashar.  Entah mengapa hari ini mata serasa berat sekali. Usai makan siang dengan "ampalam" dan kacang dan lauk Nila. Shalat ashar berjamaah lalu sembari santai melihat-lihat berita di facebook friend request akun usaha yang baru saya buat siang tadi. Gila bener, baru bikin aja permintaanya sudah 40-an. Memang dahsyat lah ni ilmu yang diberi Daeng Faqih. Tak lama kemudian buka browser, ke youtube dan tiba-tiba bangun sudah jam 5.  Waduh! Aku ditidurkan kotak selebar 4 inchi yang tergenggam lalu tergeletak di telapak tangan. Mungkin nyanyian dari layar itu yang menidurkan. Biasanya sulit sekali kalau sudah tengah malam, berselancar bisa lupa waktu hingga subuh datang. Sejurus kemudian saya langsung mempersiapkan diri memenuhi ja...

Instant Society Syndrome

Dingin. Malam ini benar-benar dingin. Seolah dia melakukan balas dendam terhadap siang yang teramat terik. Walau begitu, inilah sifat alamiah dari semesta. Hukum alam. Dia sengaja menyimpan dingin agar bisa keluar di saat setiap manusia harus beristirahat dari hari yang lelah. Ada hukum sebab-akibat yang selalu terjadi di dunia ini. Hukum itu dapat terjadi konstan ataupun melalui proses yang tidak singkat. Jika kita kerja, maka kita akan mendapatkan bayaran. Tidak ada istilahnya, simsalabim tanpa proses kerja kita bisa mendapatkan uang begitu saja. Namun, ada saja ternyata di antara kita orang-orang yang punya anggapan itu. Tanpa kerja, kita bisa mendapatkan uang yang lebih banyak hanya dengan mendatangi seseorang yang memiliki kesaktian. Menggandakan uang misalnya. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Setor uang sekian rupiah, lalu berharap uangnya dapat beranak pinak melalui perantaraan si kanjeng. Hanya orang-orang malas yang berharap demikian. Sedikit pengorbanan berhar...

Iseng Bicara Inovasi

Baru tau kalau hari ini adalah hari tersenyum sedunia. Ada-ada aja nih Facebook. Kebayang gak sih gimana Facebook kalau gak bikin yang semacam ini? Mungkin para penggunanya sudah lama ninggalin dia. Selain ngingatin hari ini, hari itu dan hari-hari lainnya. Facebook juga bikin apa yang disebut "kenangan". Yang bahkan kenangan itu masih tersimpan sejak pertama kali kita menggunakan Facebook. Kenangan pertemanan kita. Kenangan kita bikin status. Kenangan upload foto tertentu. Bahkan, kalau di tempat kita prakiraan cuacanya hari ini hujan Facebook juga ngingetin. Ada temen yang ngelike dia kasih notifikasi. Bahkan jika teman kita berkomentar terhadap status (atau interaksi lainnya) temannya yang lain, di beranda kita akan muncul meskipun itu dari status 5 tahun lalu. Semua itu biar apa? Biar kita bikin status. Biar kita buka terus. Biar Facebook trafiknya bagus terus. Inilah inovasi, yang menurut saya membuat Facebook dapat bertahan biarpun terus bermunculan sosial media...

Mentoring Bisnis di TLOGO IJO BARU: "JANGAN TAKUT DIMADU"

Jumat ini cuaca Banjarbaru cerah. Setidaknya hingga menjelang azan Zhuhur yang menandai waktu sholat jumat. Membuat rencana hari ini ke Banjarmasin untuk mengikuti Mentoring Bisnis di RM TLOGO IJO Baru sedikit bergeser. Beruntung hari itu, Haji Roem -begitu biasa kami memanggilnya- bersedia memberikan tumpangan agar bisa berangkat meskipun terlambat. Perjalanan menuju Banjarmasin dilalui dengan kecepatan sedang. Dan ternyata, cuaca menuju Banjarmasin tidak menunjukkan tanda-tanda turunnya hujan. Membuat kami berpikir, seandainnya saja bisa berangkat lebih awal. Sudah berkumpul saat itu peserta mentoring yang duduk di salah satu sisi Rumah Makan TLOGO IJO Baru. Termasuk mas Budi yang juga merupakan pemilik Rumah makan yang katanya secara tidak sengaja menyebut "jangan takut dimadu" sebagai tagline yang menarik -setidaknya dalam pandangan saya. Siang itu, pembahasan berfokus pada pemanfaatan sosial media dan persiapan pembukaan OMNIVORA Cafe banjarbaru-nya Haji Ro...

Medsos, Dari Obrolan Menuju Perubahan

Akhir-akhir ini sering saya amati, beberapa isu sederhana sampai sensitif (semisal politik) sering bergulir dimulai dari media sosial. Khusus di kalsel, wabilkhusus Banjarmasin-Banjarbaru penggunaan Facebook seolah sudah menggantikan obrolan di warung kopi. Tidak hanya isu, event juga menemukan gairahnya saat ide awalnya diblow-up melalui like, komen dan share. Apatah lagi, mereka yang memulai obrolan itu berjenis buzzer dan influencer. Yang kalau mereka update status singkat saja, puluhan hingga ratusan komen berhamburan. Selain bernada santai, positif dan proaktif, tidak jarang kita temui status yang sangat provokatif, negatif bahkan nyinyir yang terlalu. Walau ada juga, yang menggunakannya sebagai ladang untuk meraih popularitas dengan menyebar isu kontroversi bahkan kebencian terhadap SARA. Dari status Facebook saya

Fenomena Pedagang Jumatan

Seperti lazim kita lihat pada sebagian besar masjid di Kalimantan Selatan pada momen salat Jumat berhamburan para pedagang dadakan. Memang tidak semua, namun kondisi ini jamak terjadi. Dan entah siapa yang memberi komando bahwa berdagang di area masjid jadi aktifitas "wajib" setiap pekannya. Umumnya adalah gerobagan penjual pentol goreng, pentol daging, tahu dan aneka jajanan lain.  Mungkin fenomena ini tidak terjadi di kota dan daerah lain. Entahlah. Karena selama ini saya tida k pernah menemukannya. Dalam lebih kurang sebulan terakhir, pasca Ramadan. Para pedagang di masjid Agung Munawwarah -tempat biasanya kami shalat jumat- Banjarbaru sudah tidak lagi meluber di depan pintu gerbang. Sepertinya, pengurus masjid sudah mulai mencoba merangkul pedagang dengan memberikan ruang di salah satu sisi halaman parkir masjid. Kondisi seperti ini tentu memberi kredit tersendiri kepada pengurus masjid agar para pedagang lebih tertib. Entah tertib dalam soal kebersihan ataupun...

Strategi Jualan: Jangan Pasif atau Terlalu Agresif

Istri Saya, beberapa waktu lalu pergi ke pasar untuk membeli sebuah mesin setrika. Saat berada di pasar, dia harus menunggu lama untuk ditanggapi oleh penjual alat elektronik. Karena sepertinya, pedagang itu sedang sibuk dengan orang lain. Bagi sebagian orang, saat datang dan ingin membeli sesuatu di pasar. Tinggal panggil pembelinya lalu bertanya secara langsung soal barang yang ingin dibeli. Umumnya, mereka akan dapat langsung respon. Mungkin karena istri saya suaranya tidak terlalu besar agar didengar atau lebih tepatnya, dia bukan tipe orang yang dominan kalau berurusan dengan orang lain. Jadilah akhirnya untuk urusan itu dia "dikacangin". Ini bukan istri saya, cuma untuk ilustrasi Dan pada akhirnya, di hari itu dia tidak jadi beli mesin setrika. Bukan rezeki pedagang itu tuh. Ngomong-ngomong soal "dikacangin", tadi malam saya juga sempat mengalaminya. Saat membeli kacang rebus di pasar Karang Rejo. Asli deh. Beberapa kali saya panggil penjualnya ...